Social Icons

Pages

Kamis, 22 Agustus 2013

Earphone

                           



Sudah larut malam dan saya belum berhasil tidur juga. Selain membaca buku, saat susah tidur saya suka mendengarkan siaran radio, atau mendengarkan lagu-lagu. Kali ini saya memilih ditemani oleh earphone yang terhubung dengan handphone saya, memutar satu-satunya lagu yang ada di playlist "don't play". Lagu itu sebenarnya sebisa mungkin saya hindari kalau tidak mau stok tisu cepat habis. Atau setidaknya saya tidak mau mendadak mellow hanya karena sebuah lagu.

Lagu itu terus terputar seiring memori yang sontak menyeruak. Lagu yang lama saya hindari, namun larut malam ini tidak lagi. Saya sengaja memutarnya terus menerus agar saya terbiasa lagi mendengarnya, agar tidak lagi terasa sesak hanya karena sebuah lagu yang pernah saya setel sebagai nada telepon dari dia-yang-sudahlah-tak-usah-disebutkan-namanya.

Awal mendengarnya kembali, tentu saja saya tidak tahan. Berlembar tisu pun bergelimangan di lantai kamar. Tapi saya tak boleh gentar. Maka lagu itu terus terputar dan saya dengarkan. Saat menulis cerita ini pun saya masih mendengarkannya melalui earphone yang melekat di telinga. Entah sudah berapa kali lagu itu terputar, sampai akhirnya rasa sesak saya hilang, malah berganti dengan senyuman dan sedikit tawa melihat tisu di lantai kamar yang basah untuk menyeka airmata, "don't be silly.it's just a song, a beautiful love song."

Setelah mendengarnya berkali-kali, saya merasa biasa-biasa saja kali ini. Seperti layaknya mendengar lagu-lagu yang biasa terputar di radio, atau yang terputar di angkot, tanpa intervensi carut marut perasaan lagi. Memori tetap saja menyeruak seenaknya, tapi kini saya bisa pegang kendali.


Mendengarkan lagu itu kembali menjadi semacam terapi buat saya. Terapi untuk menghadapi apa yang tadinya dihindari. Dengan menghadapi, saya belajar untuk bisa survive, walau masih ada tertinggal rasa sesak. Dengan menghadapi, saya membiasakan diri untuk menilik memori, namun tidak berkutat di memori itu saja, karena ada hari depan yang menanti diukir dengan indah. Dan dengan menghadapi, saya belajar mendengar kata hati tentang apa yang saya ingini: bahagia tentu, dan tak lagi sendu-sendu.



August 23,2013
01:52 am

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text