Social Icons

Pages

Minggu, 25 Agustus 2013

(Bukan) Sepucuk Surat Cinta

Saya menemukan surat ini di dalam album foto lama. Sedikit lucu, karena saya menyimpannya di dalam album foto di masa saya masih berseragam sekolah, masa-masa di mana saya sedang naksir gila-gilanya dengan Mr. Smile, (ada di buku-catatan-gadis-penjual-pulsa ) , sementara surat ini saya dapatkan dalam rangka ulang tahun saya beberapa tahun lalu dari dia-yang-sudahlah-tak-usah-disebut-namanya. Memori pun menyeruak dan berebutan minta diputar. Tentu, saya masih dan lebih terpaku dengan surat ini. Sebenarnya ini bukanlah surat, hanya semacam kartu ucapan. Tapi berhubung ditulis di kertas dan agak lucu kalau saya menulisnya sebagai kertas ucapan, jadi saya singkat saja jadi surat. Ini surat pertama dan satu-satunya darinya yang suka menulis. Apa isinya manis dan romantis seperti tulisan yang dia tulis? Tidak, hanya berisi ucapan dan pengharapan atas bertambahnya usia saya kala itu. Tapi bagi saya, surat ini menjadi hal yang manis, yang lebih-lebih saya kecap manisnya saat dia entahlah di mana dan bagaimana kabarnya.


Surat ini ditulis tangan darinya yang mengaku saat menulis itu sedang ngantuk-ngantuknya. Tulisannya acak-acakan, tapi saya tak peduli, saya menyukai tulisan tangan, terlebih dari dia yang kala itu spesial. Dia yang suka menulis, tapi setahu saya dia tak pernah menulis untuk saya, Mmm, menulis tangan maksudnya, menulis tangan dengan sendirinya tanpa saya minta. Pernah saat saya dan dia tengah makan di restoran dan mendapatkan struk bayaran, saya iseng memintanya menulis. "Kamu kan penulis,suka nulis. Nulis apa kek gitu..." dia tersenyum, dan saya suka melihat senyumannya. Juga seingat saya, dia pernah saya minta untuk menulis di buku-buku kuliah saya, tapi buku-buku itu akhirnya dipinjamnya dan tulisan-tulisan itu pun kembali di tangannya, belum dikembalikan ke saya. Dia yang suka menulis, dan saya menyukai tulisan-tulisannya. Saya juga selalu mendukungnya untuk terus menulis, bahkan menjadi sedikit bawel perihal tulis-menulis.  Setiap kali mengunjungi toko buku, saya selalu berdiri di depan rak best-seller, atau di rak best fiction, atau di rak-rak buku mana pun, sambil menunjuk rak tersebut, saya berkata padanya, "When can i see your book over here?" Saya, sebagai pembaca (sedikit) karya-karyanya, percaya kalau tulisannya akan menjelma menjadi buku dan saya ingin melihat karyanya lahir dan memegangnya dalam bentuk buku. Bagaimana dengannya? 


Dia, yang suka menulis dan tulisannya bagus (walau tidak untuk tulisan tangannya :D), bahasa tulisannya mengalir, sederhana tapi indah dan bermakna. Hanya saja terkadang dia suka menghilang, kadang menulis, seringnya hilang, tidak rutin menulis. Itu yang tertangkap dari saya kala itu. Saya? Sekarang malah saya yang jadi suka nulis. Tadinya saya selalu memposisikan diri saya sebagai pembaca, pembaca, dan pembaca. Tapi lama-lama saya tertarik untuk menulis, walau tulisan saya masih seputaran tentang diri saya.

Hanya sepucuk surat, bukan surat cinta, membawa saya kembali terkenang akannya, membuat memori saya kembali penuh tentangnya. Tentang dia, tentang mimpi-mimpinya. Semoga mimpi-mimpinya bisa menjelma menjadi nyata, seiring dengan doa yang terpintal. Begitu pun mimpi-mimpi saya, semoga terwujud nyata, seiring doa dan upaya-upaya tentu.



Note : saya mendapat tweet ini dari @benzbara_ :  iya. rt : kalau kau mencintai seorang penulis, lukai hatinya, ia akan berterimakasih karena dapat ide untuk tulisannya. 210813
And i'm wondering: did i leave scars in your heart? Do you keep writing? Do your writing get better, deeper and touchy? or it's only me who love writing now? because i get hurt? So many big big questions. But most of all, I wish that you keep writing, no matter what -- whether you feel so much in love, get hurt,  ....  just write and I'll be your reader....



August 25th, 2013
10:45 p.m.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text