Social Icons

Pages

Rabu, 30 September 2015

Bandar Lampung dan Kerinduan

Sore yang hibuk--ramai lalu lalang kendaraan dengan suara klakson yang tak ragu menyalak di jalan raya, sementara saya duduk dalam bus trans yang membawa saya berpindah ke tempat mengajar berikutnya. Saya tengah memikirkan apa yang lain dari kota tempat saya tinggal, dari saya belum tahu apa-apa sampai kini dewasa.


Kota ini mungkin sama dengan kota-kota yang tengah berkembang lainnya. Pembangunan di sana-sini, jalan menjadi hiruk pikuk dan kerap macet yang kadang membuat umpatan terlontar dari dalam kendaraan. Kalau sudah begini, jujur saja saya rindu kota saya kala jalanan tak begitu ramai dan tak terlalu banyak gedung-gedung atau pusat perbelanjaan yang membuat ramai dan sesak. Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kota ini juga harus mengalami perubahan.


Apa yang lain dengan kota saya ini? Saya membayangkan jika saya harus meninggalkan kota ini, maka apa saja yang akan saya rindukan dan tidak saya temukan di kota lain? Jujur saja saya merasa bersemangat memikirkan kalau saya meninggalkan kota ini, karena saya pikir saya yang sejak lahir sampai sekarang masih setia tinggal di kota yang sama, saya merasakan kejenuhan dan membuat saya jadi bergairah untuk meninggalkan kota ini. 


Bagaimana jika saya meninggalkan kota ini 1 bulan? 1 tahun? 3 tahun? 5 tahun? Oh, saya seperti mengenali perasaan yang berkecamuk jika saya pergi dari kota ini. Saya akan rindu melihat jalan dengan toko-toko yang dipasangi lambang siger di depannya. Di mana lagi bisa saya temukan pemandangan seperti itu? Saya akan merindukan logat berbicara lampung dengan akhiran "geh" atau kata ganti "lorang, kitaorang, diaorang" :D. Saya akan rindu refreshing ke pantai dengan hanya melakukan perjalanan selama setengah jam, dan saya bisa menemukan pantai yang indah dan bersih, terawat kecantikannya. Saya juga akan rindu masakan sumatera yang cenderung asin dan pedas, juga akan kangen nyeruit. Siapa nanti yang mau mengajak saya nyeruit jika berada di kota antah-berantah sana? Saya rindu bisa pergi ke sana-sini naik angkot tanpa khawatir kesasar karena saya paham betul rutenya. Dan yang terpaling lagi, di kota ini tempat saya merasakan pulang, tempat di mana orang-orang yang saya sayang berkumpul-- keluarga dan sahabat.


30 September 2015

18:36

Minggu, 27 September 2015

Alam Wawai


Setelah menjalani rutinitas yang menjemukan dan menghadapi minggu yang sibuk, ini saatnya untuk melepaskan lelah dan berekreasi bersama! Ada satu tempat di Bandar Lampung yang bisa dijadikan sebagai tempat rekreasi dan berkumpul bersama orang-orang terkasih, yaitu Alam Wawai. Kali ini Bandar Lampung punya tempat dengan mengusung nama tempatnya menggunakan bahasa Lampung – wawai yang artinya baik, juga bisa diartikan indah. Jadi, Alam Wawai diartikan sebagai alam yang indah. Alam Wawai merupakan taman yang ramah lingkungan, sesuai dengan branding-nya : eco friendly park.

Terletak di daerah dataran tinggi kawasan Sukadanaham, Tanjungkarang Barat, pemandangan yang sejuk dan menentramkan langsung terasa begitu memasuki Alam Wawai. Tanaman yang hijau tertata rapi, membuat suasana dan perasaan ikut sejuk dan tentram. Beralaskan rumput dan beratapkan langit, berada di Alam Wawai membuat kita merasa dekat dengan alam dan takjub akan keindahannya. Ada bangku-bangku dari kayu yang bisa jadi tempat untuk duduk-duduk menikmati pemandangan alam. Juga ada yang unik, yaitu tempat pembuangan sampah yang dibuat dari plastik dan bambu, di-design dengan cantik dan hampir di setiap pojok tempat disediakan tempat sampah agar pengunjung bisa tertib membuang sampah pada tempatnya. Di kejauhan kita juga bisa melihat pemandangan hijau kota Bandar Lampung di kawasan Sukadanaham yang masih asri. Juga ada pemandangan teluk Lampung yang dapat kita nikmati, berpadu dengan birunya langit.

Setelahnya kita bisa berjalan menuruni undakan-undakan hijau yang juga ditanami berbagai bunga. Saat akan menuruni jalan, kita bisa melihat camp site yang tersusun rapi dengan tenda-tenda seperti suku indian, membuat kita tidak sabar untuk menuju tempat kemah dan mengabadikan momen di sana. Tak hanya tenda di tempat kemah yang bernuansa indian, toiletnya pun dibentuk seperti ada di pedalaman dengan desain pintu ada jerami rumbai-rumbai. Awalnya bingung buka pintunya gimana dan sedikit risih dengan hiasan rumbai-rumbainya (kesannya jadi gak bersih dan beneran kayak lagi kemah dan masuk ke suku indian), tapi kebersihan toiletnya terjaga. Pun ada musholla dengan menggunakan tenda. Konsep taman ramah lingkungannya benar-benar terasa.


Puas berjalan-jalan, atau sesekali bertemu anak-anak yang sibuk berlarian, saat lapar kita bisa mengunjungi kantin kecil di Alam Wawai. Masih menggunakan tenda besar dengan dihiasi temaram lampu-lampu kecil, membuat kantin ini terlihat romantis (atau mata saya saja yang meilihatnya begitu :D). Harga makanan yang ada di sini masih rasional, mengingat biasanya kalau di tempat wisata harga makanan menjadi mahal, tapi di sini harganya standar dan lumayan menolong perut yang keroncongan. Ada mi seduh, jagung bakar, roti bakar, nasi bakar, ayam bakar. Kebetulan saat ke sana sedang hujan, jadi saya dan teman-teman berteduh di tenda kantin. Karena suasana dingin, jadilah perut lapar dan tergoda untuk pesan makanan, dan rasanya juga lumayan. Entah karena lapar :D.



Saat sampai di bawah, akhirnya bisa bertemu juga dengan objek foto berikutnya: yaitu tempat kemah. Di Alam Wawai ini juga digunakan sebagai tempat kemah. Saya sendiri belum pernah mencoba untuk kemah :D, jadinya dijadikan tempat berpose saja dulu. Ada juga ruang terbuka berbentuk lingkaran dengan undakan yang bisa digunakan sebagai tempat menonton konser. Terakhir ada acara konser Mocca di sana. Sayangnya saya nggak bisa nonton karena terkendala tempat dan waktunya yang malam.


Dengan harga masuknya Rp. 20.000 di akhir pekan, Alam Wawai menawarkan pilihan untuk yang ingin berekreasi dan dekat dengan alam. Tatanan tamannya yang apik membuat tempat ini sesuai dengan branding-nya : Alam Wawai – an eco friendly park. Hanya saja untuk akses kendaraan ke sana yang masih terbatas harus menggunakan kendaraan pribadi dan jalan masuknya yang sempit. Tapi begitu sampai di sana, that’s worth it. 

27 September 2015
19:27

Jumat, 25 September 2015

meet again, dear doodle

pengin cuap-cuap appaaa gitu, tapi rasanya malam sudah larut dan pengin cepat-cepat berlayar ke pulau kapuk, syukur-syukur bisa lucid dream ketemu Buble *uhuk, masih aja.*

di sini saya mau ngucapin syukur buat Sang Maha, Sang Penulis Skenario Tiap Ummat-Nya, terima kasih untuk memberikan saya kesempatan menghirup udara pagi dari rumah yang homey banget, menempatkan saya di sekeliling orang-orang yang baik & perhatian, membimbing langkah saya ke tempat yang berkah, semoga saya selalu dalam bimbingan, lindungan, & kasih sayangMu. Dan bahkan untuk segala tempaan dalam hidup, semoga saya diberi kekuatan yang besar untuk menghadapinya.

Terima kasih juga buat google yang udah buatin doodle (iyaa, tauk bukan saya ajah yang di-doodle-in), suka liat doodlenya (dasar anak virtual).

G is turning 27! Di usia yang udah segini tapi tetep berjiwa muda (ngotot stay young :D) banyak harapan sebenarnya, tapi secara keseluruhan semoga saya jadi lebih baik lagi. How if i'm not that good? Semoga saya bisa terus belajar, berproses untuk jadi baik & tambah baik, bisa tahan ditempa asam garam kehidupan, bisa berbahagia dengan diri sendiri, dan akhirnya bisa membawa kebahagiaan untuk orang lain. Harapan spesifik & cukup spesial yang mau saya sampaikan di sini itu..... semoga saya rajin nulis dan olahraga ;D. Udah segitu aja dulu deh ya (udahnya malu syendiri :D).
Terima kasih & sampai jumpa!
25 September 2015
10:50 p.m.

Kamis, 24 September 2015

Seruit : Serunya Kumpul Keluarga dengan Makan Bersama

nyeruit bersama keluarga (diambil dari path: meizifitriana)


Jika di postingan sebelumnya Pos Cinta sudah kasih kesempatan untuk membahas kuliner di setiap kota, kali ini di tema rumah dan keluarga, saya ingin membahas makanan yang disajikan saat berkumpul bersama keluarga. Berbicara mengenai rumah dan keluarga, rasanya kalau kita sedang berkumpul bersama keluarga tak lengkap rasanya kalau tidak ada hidangan yang disajikan. Berhubung dalam keluarga saya tidak ada acara tertentu sesuai dengan adat (karena saya kan pujakesuma—putri Jawa kelahiran Sumatera), juga rumah khas Lampung yang sulit ditemui di kota Bandar Lampung (ada sih di pinggir jalan dekat tempat kerja, tapi gak sempat foto dan gak terlalu paham tentang filosofi bentuk rumahnya), jadilah mari kita bahas apa yang biasanya disuguhkan saat kumpul keluarga, terutama bersama keluarga yang bersuku asli Lampung.

Sebagai pujakesuma, sebenarnya saya sudah mulai terkontaminasi oleh kebiasaan dari tempat saya tinggal. Mulai dari cara berbicara yang seperti orang Sumatera (ngomongnya gak bisa lembut, mesti pake suara yang keras, tapi gak berarti marah loh), pun masalah lidah yang lebih suka masakan Sumatera yang rasanya asin dan pedas (malah gak doyan masakan Jawa yang cenderung manis). Nah, untuk di Lampung sendiri, ada makanan khas yang biasanya disuguhkan saat kumpul keluarga, yaitu seruit. Seruit itu sebenarnya cuma campuran sambal terasi, tempoyak, dicampur ikan, terong, dan telur rebus (pilihan-- kalau ada). Dicampurnya dengan cara diulet-ulet aja gitu pake tangan. Hiii, di awal mungkin bikin gak nafsu makan yah mengingat cara buatnya gitu amat, belum lagi yang gak doyan sambal apalagi tempoyak, tapi kalau disantap bersamaan itu rasanya.... tambah enak dan nikmat! Saya sendiri awalnya gak doyan sama seruit. Paling kalau lagi ada acara makan-makan sama keluarga dan nyeruit, saya cuma ambil ikan, sambal dan tempoyak aja, kemudian melipir makan di pojokan karena pusing liat orang ngulet-ngulet bikin seruit. Apa enaknyaaa? Lantas suatu kali ibu saya pernah ikutan tergoda untuk nyobain, dan saya pun memberanikan diri untuk ikutan makan, huaaah..ternyata ooh ternyata... sedap rasanya!

Jadi, kalau ada waktu berkunjung ke Bandar Lampung dan diajakin nyeruit, saran saya sih ikutan aja. Kalau takut gak doyan, boleh dengan ikut-ikutan makan ikan, atau lalapannya saja :D. Atau ikutan nyeruit, tapi bikin campurannya sendiri sesuai selera saja. Nyeruit juga bisa jadi sarana untuk mengakrabkan keluarga. Saya sering diajak nyeruit bersama keluarga yang bersuku Lampung. Biasanya mereka malah senang kalau ada yang bukan dari suku Lampung tapi doyan seruit. Biasanya saya dikomentarin, “wah, doyan seruit juga. Ayo makan lagi!” Hihihihi habis beneran deh, enak, sedap, dan lebih semangat saat makan bersama-sama, apalagi bersama keluarga yang menyayangi dan mendukung kita. :)

Kota Bandar Lampung pun kerap mengadakan acara nyeruit jejama (nyeruit bersama). Acaranya biasanya diadakan di Lapangan Saburai dengan mengundang instansi pemerintahan dan sekolah-sekolah di Bandar Lampung untuk berpartisipasi makan seruit bersama. Sayangnya saya gak pernah ikutan acara ini jadi gak bisa cerita lebih lanjut.

acara nyeruit jejama (diambil dari website sdnegeri2talangbandarlampung)

Begitulah cerita tentang kebiasaan keluarga di kota saya kalau sedang berkumpul. Bagaimana dengan di kotamu? :)


24 September 2105
15:30



Senin, 21 September 2015

Angkot dan Penumpangnya yang Mendadak Baper


"Gitaa, kalo mau ke CP naek angkot apaan yaa?" 


Halo semesta. Boleh deh kenalan dulu sama saya. Saya Gita,  and I proclaim myself as the Queen of Angkot alias Ratunya angkot. Hah, kok bisa? Sederhana sebenarnya, karena saya tidak bisa mengendarai apa-apa (sepeda takut nabrak, motor gak berani, mobil belum coba, rajawali belum sampe ilmunya, bisa ngendarain otopet siih, tapi kan pegel yak) jadilah saya sebagai anak masa kini kalau keliling kota menggunakan transportasi umum. Ada BRT kalau mau jarak tempuh jauh lumayan nolong, nyaman ber-ac, tapi gak semua tujuan bisa ditempuh pake BRT. Ada ojek, tapi kudu pinter nego & nawar-nawar. Ada becak tapi buat jarak tempuh deket. Kalau taksi jarang berseliweran di kota ini, jadilah paling gampang kalau naik angkot yang paling banyak bertebaran di kota saya.

Bicara soal angkot, kalo ditimbang-timbang saya tuh punya love-hate relationship deh ya sama angkot yang ada di kota saya ini. Bisa dibilang hampir tiap jurusan udah saya naikin. Dalam sehari saya bisa naik angkot sampai 4 kali (kebayang ongkosnya berapaa kalo sekali naik bisa bayar 3000-jarak dekat & 4000-jarak jauh. kadang sering juga diminta 5000 karena jarak tempuh saya yang abnormal sih emang, agak melebar dikit :D). Kadang sebel sama tarif angkot yang berubah-ubah, juga kadang suka maunya abang angkot, tapi yang karena emang sehari-harinya naik angkot jadi banyak-banyak berdoa aja biar dapet angkot yang bersahabat. Suka nemu juga sih abang angkot yang kooperatif, yang bawanya enak-- gak lambat, tapi gak kebut-kebutan.

Ohya,  teman-teman saya juga kerap bertanya rute angkot ke saya, atau tarif angkot berapa buat mereka yang gak biasa naik angkot.

"Gita, kalo ke CP dari way halim gimana?"


"Mau yang ngirit, apa yang nyaman tapi banyak bayar ongkos?"


"Yang irit aja."


"Kamu naik way halim-karang  turun di Ambon. Nyebrang jalan, terus naik angkot ratulangi. Nanti turun di garuda, jalan dikit deh ke CP."


"Kalo yang nyaman gak pake acara nyebrang."


"Naik angkot way-halim karang terus turun di halte Fif. Terus naik brt, transit dulu buat ke CP.  Atau turun di halte Ramayana, naik nagkot kecil-kecil. Trun di depan Gramed, nyambung lagi yang arah karang buat ke CP. Gituu."

Begitulah kadang isi sms saya. Jadi konsultan rute angkot :D

Bisa diibaratkan angkot di Bandar Lampung itu seperti pelangi–mewarnai kota. Kalau di Jakarta atau Depok angkotnya pake kode nomor untuk membedakan jurusan, kalau di Bandar Lampung jurusan angkot dibedakan dari warnanya :D. Angkot pun mudah didapat dan gak bingungin, karena jalur berangkat dan pulang itu sama (ada jurusan tertentu aja yang punya satu rute, sepeeti angkutan ratulangi yang bisa bawa penumpung ke CP (salah satu Mall di bandar Lampung).  Berikut warna angkot sesuai jurusannya:
-          Rajabasa – tanjung karang  : biru muda
-          Way kandis – tanjung karang : kuning muda
-          Teluk betung – tanjung karang : ungu
-          Sukarame – tanjung karang : abu-abu
-          Permata biru – karang : abu-abu dengan list biru
-          Permata hijau – karang : abu-abu dengan list hijau
-          Pahoman/ garuntang – karang : hijau
-          Garuntang – Panjang : kuning gonjreng
-          Ratulangi : Merah hati (dengan stiker R di depannya biar gak ketuker sama kemiling)
-          Kemiling : Merah hati (tanpa stiker R)

Selain warnanya yang bak pelangi, angkotpun mewarnai hari-hari saya. Seriiing banget kesabaran diuji saat naik angkot. Dari angkot yang lelet, suka ngetem, atau jalannya yang maju mundur cantik nungguin petumpang yang masih jalan di ujung gang sana, rasanya pengin turun aja ganti angkot kalau pas buru-buru banget, tapi suka mikir sayang ongkos :D. Dan sering kalau lagi buru-buru malah dapet angkot yang ada-ada aja. Pokoknya jadi angkoters kudu sabaaaar. Naik angkot juga bikin saya lebih dekat dengan Sang Pencipta. Well, sebenarnya agak ngeri siih karena pernah saya ketemu angkot yang ampun-ampunan, supir angkotnya bawanya ugal-ugalan banget. Udah gitu saya minta turun gak diturunin doong :/. Yah jadilah saya sepanjang jalan merapal doa. Kadang kalau di angkot gak nyaman, tapi bentar lagi mau turun udah deh dibawa dzikiran aja. Juga kalau angkotnya anteng aman jaya, kadang daripada melongo sepanjang jalan (nanti baper kan, hey...) mendingan diisi dengan menentramkan ruhiyah :).

Yang menarik lagi dari angkot di sini adalah hampir tiap angkot dilengkapi dengan sound system segambreng. Kalau udah ada sound system nya jelas bakal pasang musik. Musik yang diputar pun beragam dan suka-suka abang angkotnya. Jadi banyak-banyak doa aja kalau naik angkot dapet lagu yang enak :D. Nah, karena hampir di tiap angkot dapat suguhan musik, tahu kan kalau dengar lagu bikin orang kebawa perasaan. Ada kejadian nyata yang dialamai ibu saya. Jadi cerita saat bapak saya baru berpulang (tahun 2000-an), dan ibu saya kembali ke rutinitas kerjanya dengan naik angkot, suatu ketika angkotnya memutar lagu Jika- Melly Goeslaw feat Ari Lasso. Dooong, apa yang terjadi? Tau-tau ibu saya di angkot menahan tangis, karena dia ngerasa kenaaa banget sama lagu itu (pas banget baru ditinggalin bapak). Saya juga pernah menemukan mamas-mamas, lumayan manis duduk di belakang sopir dengan backsong Ari Lasso-Hampa. Dan tau apa yang terjadi? Saya perhatikan mata mamas itu berkaca-kaca. Duuh mas, kayaknya dianya punya pengalaman sama lagu ini. Udahlah positif kalau lagunya galau-galau bikin baper :D. Well, ngomongin orang, sendirinya emang gak pernah baper di angkot? Hehehe :D ya jelaas pernah banget. Kadang di angkot tuh jadi tempat mikir dan merenung, pernah juga ketiduran sampe ditegur abang angkotnya, “abis ngapain neng ampe molor gitu? Mau turun di mana?”, pernah kehilangan hape di angkot, pernah dipepet copet dan dipelototin copet karena menggagalkan usaha nyopetnya (udahnya saya lemes), kalau yang baper banget... pernah merenung ampe mau nangis di angkot : lupa waktu itu backsong-nya apa, tapi saya baper sampe nangisnya bukan karena lagu, tapi karena kecapekan kerja dan pulang malem *hehehhehe*yakiin gitu aja*hehhehhehheehe laugh to myself :D*.

foto dari ruang kelas lantai 2

angkot rajabasa yang masuk jl. pramuka

suasana angkot di terminal ramayana

sound system di angkot. tiap angkot hampir pasti ada salonnya



nyobain selfie di angkot :D

 21 September 2015
19:48




Jumat, 18 September 2015

Cerita Pendek dari Kali Akar


Derap langkah berderu, meninggalkan jejak langkah di tanah yang kering akibat hujan yang tak kunjung turun. Sekitar 100 siswa yang dipandu oleh alumni dan beberapa guru melintasi jalan setapak dan semak-semak. Mereka telah berjalan dari sekolah yang ada di Jl. Jendral Soeprapto menuju Kali Akar, tempat diadakan organisasi gabungan dari sekolah. Setelah berjalan hampir satu jam, akhirnya mereka memasuki perbukitan yang sepi, dengan jalan setapak yang pada hari sebelumnya sudah diberi tanda oleh petugas survey lapangan agar rombongan dapat melintasi jalan yang layak dilewati. Terlihat ada segerombolan siswa yang tengah duduk meluruskan kaki, menenggak air minum dari botol, dan ada yang mengibas-ngibaskan kausnya yang dipikir dapat membantunya merasa lebih sejuk. Putra, remaja bertubuh jangkung dan tergabung dalam organisasi PMR berada di rombongan yang tengah beristirahat itu. Setelah duduk sejenak meluruskan kaki dan menandaskan air minum di botolnya, ia menyandarkan tubuhnya ke pohon yang rindang. Merasa sedikit terlindungi dari sengatan matahari yang tergolong masih pagi, Putra memejamkan mata. Dia tidak sedang mengantuk, dan sepertinya tidak bisa ngantuk karena pikirannya sibuk melayang akan kejadian dua minggu lalu saat hubungannya dan kekasih (maaf, sekarang jadi mantan kekasih) kandas.

Sampai sekarang ia tak mengerti apa pokok permasalahannya sampai-sampai hubungan yang dibinanya dari awal berseragam abu-abu hingga mereka kini memiliki adik tingkat harus berakhir. Ia akui akhir-akhir ini ia sangat sibuk baik di sisi akademik : mempertahankan nilai yang bagus agar bisa dapat undangan masuk perguruan tinggi favorit, mengikuti olimpiade sains, juga aktif di organisasi : ikut lomba tingkat kota dan organisasi gabungan di Minggu yang panas ini. Kesibukannya membuatnya tak bisa mengantar pulang Rissa beberapa minggu belakangan, juga ia dua kali membatalkan kencan yang telah direncanakan oleh Rissa dalam sebulan terakhir. Tak ada kencan dalam sebulan terakhir menurut Putra bukanlah persoalan besar, karena toh hampir setiap hari saat bersekolah mereka bisa bertemu. Ya, mereka bersekolah di tempat yang sama, tingkat yang sama, jurusan yang sama, hanya kelasnya yang berbeda. Saat ini pun mereka (bersama teman-teman, adik dan kakak kelas yang mengikuti organisasi sekolah) mengikuti kegiatan yang sama. Rissa tergabung dalam organisasi SKR (Sanggar Kegiatan Remaja). Ia sempat melihat Rissa dan kelompoknya berjalan lebih dahulu saat mereka masih ada di kawasan sekolah dan jalan menuju Kali Akar (karena di SKR lebih banyak anggota perempuan ketimbang pria, membuat organisasi ini diatur agar berjalan di tengah-tengah, agar terlindungi).

Setelah lima menit kalut dalam pikirannya, Putra membuka mata, merutuki dirinya yang masih saja memikirkan mantannya. Ia merasa lebih baik tak usah beristirahat dan terus bergerak menyibukkan diri, karena sedikit saja ia free, maka pikirannya akan menari-nari ke masa yang saat ini tak ingin diingatnya lagi. Ia pun segera bangkit dari duduknya, mendapati  kelompoknya telah berjalan sepuluh langkah di depan. Putra pun bergegas menyusul rombongannya yang termasuk dalam rombongan terakhir.
***
Sebelum memasuki rute yang lebih ekstrim dan memiliki medan yang curam, rombongan perempuan beristirahat di bawah pepohonan rindang, termasuk Rissa yang menjadi ketua kelompok. Rissa duduk sejenak, merasa kecapaian namun ia sibuk melemparkan pandangannya ke belakang, tempat banyak rombongan kelompok yang didomiasi para pria berkumpul. Ya, walau hubungan telah berakhir, dia masih mencari-cari sosok Putra. Sosok pria tinggi berkulit putih, hidung mancung dan mempunyai tatapan mata yang tajam dengan warna bola matanya yang cokelat kehitaman, sosok yang mengisi hatinya hampir satu tahun lebih namun kini harus berakhir. Sosok yang akrab menemaninya dan mengerti akannya, namun... “Kak, Dila kesakitan!” panggilan dari seorang adik tingkat membuat Rissa menghentikan lamunan dan pencariannya. Dalam hati Rissa bersyukur atas panggilan adik tingkatnya yang membuat lamunannya buyar. Kata ibu, dan wejangan guru serta tetua lainnya tak baik melamun di tempat yang asing. Memang ini kali pertama Rissa mengikuti kegiatan yang membuatnya harus mengikuti acara dengan berjalan kaki ke Kali Akar, tempat yang memiliki aura mistis, walau sebenarnya menawarkan pemandangan alam yang asri dan sejuk, belum lagi kalau sudah bertemu dengan aliran sungai yang jernih dan bersih. Itu yang ia dengar dari kakak laki-lakinya yang merupakan mahasiswa pecinta alam. Namun masih dari cerita kakaknya, warga kerap mendengar derap langkah kaki di kejauhan dan tak ada siapa pun yang melintas. Dan ada juga yang mengaku pernah melihat serombongan prajurit dan seorang putri yang cantik jelita. Konon, Kali Akar merupakan tempat singgasana kerajaan di masa lampau.

Sejauh ia berjalan, ia merasa biasa saja, namun tak lupa membentengi dirinya dengan sibuk membaca ayat-ayat suci dalam hari sepanjang perjalanan. Rissa pun segera menghampiri Dila. Adik kelasnya itu tadi sempat terjatuh, namun masih sanggup berjalan sampai kini ia kembali merasa sakit. Pergelangan kaki Dila terlihat bengkak. Beberapa rombongan mulai berjalan kembali menuju perbukitan yang setelah menemui semak-semak, akan ada turunan dan sampai di sungai. Rissa bertanya apakah Dila masih sanggup ikut berjalan yang tinggal setengah lagi, yang dibalas dengan ringisan Dila. Ia pun memutuskan untuk berdiam sejenak menunggu kondisi Dila membaik, dan menunggu rombongan PMR datang kalau-kalau bisa memberi pertolongan.
***

Derap langkah berderu jauh di belakang, mengalun lebih kencang di jalan yang setapak sepi itu. Putra merasa sejuk saat ia melintasi semak-semak hijau yang jika ia tak salah ingat di tahun lalu akan membawanya pada sungai yang jernih, tempat para anggota organisasi beristirahat sebelum masuk ke acara inti: yaitu reorganisasi. Putra benar-benar merasa jadi  yang terakhir dari rombongan sekolahnya yang akan tiba di sungai.  Setelah tertinggal dari rombongannya, Putra bergegas mengejar ketertinggalannya. Sempat melihat beberapa siswa berseragam kaus olahraga sekolahnya, Putra berjalan lebih cepat. Namun berjalan dengan cepat membuatnya mudah kelelahan. Ia pun berhenti sejenak saat berada di perbukitan. Ia tak habis pikir, rasanya ia hanya kalut lima menit, namun membuatnya ketinggalan sejauh ini. Ia sempat berpikir untuk menunggu rombongan di belakangnya, tapi ia takut sudah tertinggal jauh. Dan apa kabar Rissa? Damn! Dia lagi. Putra pun kembali memperlebar langkah kakinya, berharap bisa lekas bertemu dengan rombongannya, atau siapa pun dari sekolahnya.

Sampai ia di turunan yang curam, yang akan membawanya ke sungai. Saat ia akan menuruni jalan, terdengar derap langkah panjang seperti barisan jauh di belakang. Bulu kuduk Putra mendadak berdiri, ia ingat akan cerita masyarakat tentang prajurit kerajaan di Kali Akar. Ia pun berlari menuruni jalanan, tak peduli jalannya yang curam. Hampir saja ia terjatuh karena berlari saat turunan, namun langkahnya terhenti melihat sosok di sungai. Cantik, ayu, berambut panjang, mengenakan kain seperti cerita bidadari yang turun dari khayangan untuk mandi di kali, seketika Putra terpesona paras ayunya. Tak pernah ia melihat wanita secantik ini, sekalipun dalam mimpi. Wanita itu duduk di bebatuan besar di tengah sungai, melemparkan senyuman pada Putra yang terkesiap ingin menggapainya. Ingin meraihnya.
***

“Putra!Putra! Sebelah sini!” Serombongan siswa memanggil-manggil  Putra dari tepi sungai di ujung kanan. Setelah ketua kelompok, alumni dan guru melakukan pengecekan siswa lima belas lalu, mereka tak menemui satu siswa: Putra. Rombongan terakhir yang tiba di sungai adalah rombongan PMR dengan tiga anggota SKR, Rissa ikut dalam rombongan itu. Alumni pun memutuskan untuk menunggu terlebih dahulu sambil beristirahat sejenak, sebelum kemudian alumni akan masuk kembali ke bukit dan melakukan pencarian. Lima menit kemudian, saat para siswa beristirahat namun pikiran tak jenak memikirkan salah satu teman, kakak mereka yang tertinggal, beberapa siswa wanita berteriak melihat Putra di ujung kiri sungai. Rissa pun langsung berpaling ke arah tersebut. Ia hanya bisa melihat punggung Putra jauh di ujung sana, berjalan terus menjauh...
***
Putra berjalan menuju wanita yang duduk itu, berjalan terus ke tengah, yang kemudian wanita itu berpindah ke ujung sungai dan Putra masih terus mengikuti, membawanya ke ujung sungai, membawa langkahnya tak lagi dapat menginjak tanah, menenggelamkannya dalam pesona ayu sang wanita. Tak ada lagi Rissa.


diambil dari ulunlampung.blogspot

diambil dari tribunnews


Catatan: Kali Akar, terletak di Sukadanam (daerah perbukitan di Bandar Lampung), kawasan hijau yang sejuk, terdapat sungai yang jernih di bawahnya. Tempat ini kerap dijadikan tempat organisasi gabungan atau ospek. Konon di tempat ini merupakan tempat kerajaan zaman dahulu, dan suka terdengar derap langkah dan ada prajurit dan putri dengan pakaian kerajaan. Ada beberapa TV swasta program misteri yang meliput tempat ini. Bersyukur selama ikut kegiatan di Kali Akar, gak ada kejadian yang seram-seram.

18 September 2015
15:51

Senin, 14 September 2015

Pengajar (dan Teman) Anak Usia Dini

Wilayah Bandar lampung yang memiliki keragaman topografi membuat masyarakat Bandar Lampung memiliki ragam profesi juga. Untuk yang tinggal di Wilayah landai/dataran, terdapat di sekitar Kedaton, Tanjung Karang, dan Sukarame masyarakatnya bekerja sebagai pegawai pemerintahan, guru, tenaga kesehatan, karyawan,  dan wirausaha. Untuk yang bermukim di dataran tinggi (seperti  Tanjung Karang Barat, Sukadanaham, Kemiling) dan wilayah perbukitan (terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara) masyarakatnya bekerja di kebun/ladang, atau juga berdagang. Ada juga masyarakat yang tinggal di daerah pesisir (seperti Teluk Betung dan Panjang). Untuk di Panjang, terdapat banyak pabrik-pabrik yang membuka kesempatan untuk masyarakatnya bekerja di pabrik. Untuk di daerah pesisir pantai, seperti di Teluk Betung masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Karena saya tinggal di kawasan Kedaton dan bekerja sebagai pengajar, maka saya akan membahas pekerjaan yang telah saya geluti selama tiga tahun.

Dari awal saya memang bercita-cita sebagai guru, karena saya melihat ibu saya yang juga berprofesi sebagai guru. Saya lihat jadi guru itu enak dan seru: jam kerjanya tidak memakan waktu seharian, kalau libur sekolah ikut libur juga :D. Alasan yang sederhana, sepertinya. Juga melihat sisi hebatnya jadi guru untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan membuka kesempatan untuk anak didiknya menjadi orang yang berguna dan bermanfaat di kemudian hari. Profesi sebagai guru juga diminati dan banyak diisi di wilayah Bandar Lampung yang merupakan pusat kota. Saya pun saat kuliah mengambil jurusan di bidang pendidikan, dan kini walaupun belum menjadi guru di sekolah, saya menjadi guru atau pengajar untuk anak-anak usia dini (sekitar 2-3 tahun) yang sebenarnya sekolah atau pendidikan untuk anak usia dini banyak dicari dan diminati di wilayah kota ini.




Lantas apa serunya jadi pengajar anak usia dini yang juga banyak ditemui di Bandar Lampung? Jujur saja di awal saya sempat ragu untuk mengambil pekerjaan ini. Terlihat mudah untuk mengajar anak-anak usia dini (tinggal modal bersuara keras, nyanyi-nyanyi, tepuk-tepuk) tapi ternyata sulit untuk mendapatkan perhatian anak-anak yang masih kecil sekali, baru berkenalan dengan suasana luar rumah membuat ada beberapa anak yang masih merasa insecure dan masih nempel sama orangtuanya membuat pengajarnya perlu ekstra mencari perhatian juga menggali kesukaan anak-anak agar ia merasa nyaman di sekolah. Belum lagi karakter anak-anak yang berbeda, membuat pengajar mendapat tantangan tersendiri untuk dapat memperhatikan semua anak didiknya.  Pengajar juga harus memperhatikan tumbuh kembang anak: apa saja perubahan dan peningkatannya selama bersekolah. Jam kerjanya sebenarnya pendek (di tempat saya bekerja hanya dua jam, ada pula yang tiga jam), namun sungguh memerlukan energi dan kesiapan yang matang, lahir batin, pun harus siap dengan perubahan yang mendadak terjadi, seperti ada anak yang tidak mood dan nangis atau ngamuk, juga ekstra memperhatikan anak-anak yang masih merasa tak nyaman dan pelariannya jadi memukul temannya.

Mungkin terlihat merepotkan saat membaca penjabaran di atas, namun menjadi pengajar anak usia dini juga seru dan penuh keceriaan (walau kadang badan juga pegal-pegal dan energi terkuras karena membujuk anak atau juga menggendong sebentar anak yang menangis). Buat saya yang seru adalah ketika kita berinteraksi dengan anak-anak. Suka sekali melihat tingkah polah mereka yang masih polos dan lucu. Walau kadang ada yang aktifnya luar biasa, tapi mereka tetaplah anak-anak kecil yang lugu. Seru dan menantang lagi saat kita harus berhadapan dengan murid, harus pasang wajah ceria walau suasana hati sedang mendung (karena dirundung masalah pribadi.. atau apapun yang bikin murung :/), namun kita tak boleh menampakkan kesedihan dan berusaha terlihat ceria. Kadang merasa dapat suntikan semangat dari anak-anak yang sudah diantar berharap mendapatkan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat, maka pengajarnya jadi ikutan semangat (walau sudahnya meringkuk pilu lagi :D). Juga terjalin kerjasama antara pengajar (biasanya per kelas berisi 10-15 anak, yang terdiri dari dua sampai tiga pengajar), jadi berasa sepenanggungan menghadapi bocah-bocah yang bikin geleng-geleng karena gak ada capeknya. Seru lagi saat membahas tingkah anak saat kelas usai dan bersyukur akhirnya dua jam terlewati untuk hari ini.


Kegiatan di kelas pun dibuat menyenangkan. Di tempat saya bekerja, dengan jadual dua minggu sekali dengan durasi dua jam diisi dengan kegiatan menyanyi, menari, mewarnai, bersosialisasi dengan teman dan guru, pengenalan kegiatan sehari-hari, berdoa, pengembangan motorik anak, dan yang terpenting penanaman moral kepada anak. Walau diisi dengan banyak bermain dan saya (juga teman-teman) merasa seperti teman dengan mereka (bernyanyi bersama, bermain), namun saya berharap mereka bisa bertumbuh menjadi anak yang hebat dan memiliki akhlak yang mulia. Pun tak jarang saya pun belajar banyak menjadi pengajar anak usia dini untuk ekstra sabar dan bisa jadi panutan yang baik. Juga dari orangtua anak-anaknya yang beragam juga memberikan pelajaran tersendiri untuk saya menyikapinya, juga mengambil contoh dari para orangtua yang memiliki konsep pengasuhan yang baik.


15 September 2015
12:03

Jumat, 11 September 2015

Bakso Sony

Akhirnya... sampailah kita di postingan yang bikin perut bernyanyi keroncongan, karena kali ini kita akan membahas... kuliner di kota kesayangan. Namun jujur saja di postingan kali ini membuat saya putar otak. Kuliner apa yaa yang khas dari Bandar Lampung? Ada satu kuliner khas, itupun khas masyarakat Lampung yang biasanya disajikan saat berkumpul bersama keluarga, tidak ada di tempat makan (tenang.. akan diceritakan di postingan tema selanjutnya). Kalau mau bercerita pempek, model, tekwan dan sejenisnya memang serumpun dari Palembang. Terus cerita apaan?! *garuk-garuk wajan* Ahaa, kemudian saya ingat satu tempat yang hukumnya wajib didatangi oleh saudara dari luar kota, sekalipun saya suka bosan dan geleng-geleng kalau diajak ke sana, tapi gak tega juga untuk nolak dan akhirnya ikutan ke... bakso Sony Bandar Lampung.

Berbicara tentang bakso, memang bukan makan khas suatu daerah. Di setiap daerah rasanya kita bisa menemukan bakso. Tapi... bakso yang ini beda! *menatap tajam kamera sambil menyendok baksonya ke suapan, ala-ala iklan :D* Kekenyalan dari bakso Sony yang khas (apa yaa, kayak krenyes-krenyes gitu pas digigit, baksonya gak cemen *gak lembek maksudnya*), kuahnya yang berasa banget kaldu tulang sapinya dan rasanya asin pedas *pedas-pedas panas lada gituu*, duuuh menggoyang lidah pokoknya. Lezatnya dan krenyes-krenyes baksonya bikin ketagihan!

Bakso Sony terletak di beberapa tempat di Bandar Lampung sehingga mudah untuk dijangkau. Tak hanya menyediakan bakso, di sini juga ada mi ayam. Juga ada pempek vakum, cocok untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Tapi saran saya kalau ke Bandar Lampung patut dicoba nih bakso Sony-nya dulu. Dengan merogoh kocek 15ribu kita bisa menikmati semangkuk bakso dengan kekenyalan luar biasa dan lezat tentunya. Perlu diingat untuk tidak ngidam bakso Sony di atas jam 8, karena tiap cabang bakso Sony tutupnya on time jam 8, biasanya 30 menit sebelum tutup pegawainya sudah sambi beres-beres dan menarik rolling door sampai setengah tertutup *sampe hapal, yak!*. Di akhir pekan dan musim liburan bakso Sony selalu dipenuhi pengunjung yang ingin memanjakan lidah dan menyumpal perut yang sibuk keroncongan :D, juga sembari menghangatkan hubungan yang sempat dingin (mungkin) bisa dilakukan sambil menyantap bakso Sony :).

Note: in fact i'm leaving Bandar Lampung until Sunday & i'm about to miss bakso Sony



Namanya sebenarnya agak panjang,
tapi biasa disebut dengan bakso Sony

Bakso Sonhaji-Sony VIII di jl. z.a. pagar alam


Semarang, 12 September 2015
10:30

Kamis, 10 September 2015

Tes Kutipan


mana yg drencanakan & mana yg tdk? apa artinya apa? 332

aku tdk setakut yg kaupikirkan 335

slma bthun2 ini, di mataku kau adl cwok kertas-- dua dimensi spti krkter dlm buku & sosok 2 dmnsi yg brbeda, tp ttp sj datar 336

kota krtas u/ gdis krts 337
krn sptinya hebat, mjd gagasan yg dsukai smw org. 338

selamanya tsusun dr masa kini2 340

skrg aku mgerti bhwa aku tk bs mjd dia & dia tk bs mjd aku 342

tnyata mmg bgitulah kau 343

tdk ada yg prnh tjd sesuai dgn yg kita bygkan 344

jk kita tdk mbayangkan, tdk akan ada yg prnh tjd 344

laki2 yg senarnya putus, yg tdk mrasakan akar dr bilah rmputnya thubung dgn tanah, laki2 yg retak. sprti aku 346

kpn kita bs brtatapan wjh dgn wjh? smpai kau mlihat k dlm retakanku & aku mlihat k dlm retakanmu 348

aku akan mrindukanmu.
bgtu jg aku. 348

kita blm slsai btemu dgn 1 sm lain 349

Rabu, 09 September 2015

Pasar Bawah

Pasar Bawah


Jika diperhatikan saat sedang ada waktu untuk memperhatikan, masyarakat Lampung ini menyukai kepraktisan. Sebenarnya perhatian secara bebas ini terlihat dari nama-nama tempat di Bandar Lampung yang dilabeli dengan sederhana, sesuai dengan lokasi berada. Seperti tempat yang akan saya bahas kali ini, yaitu pasar bawah. Sesuai dengan namanya, pasar ini terletak di bawah tanah. Kalau di luar negeri ada kereta bawah tanah, maka di Bandar Lampung juga tidak mau kalah dengan pasar bawahnya :D. Pasar Bawah terletak di terminal Ramayana (atau terminal Tanjung Karang), tepatnya di bagian bawahnya. Berada di pusat kota Bandar Lampung, Pasar Bawah menawarkan pilihan bagi masyarakat kota, khususnya ibu-ibu untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Jika dibandingkan dengan pasar-pasar lainnya di Bandar Lampung, seperti pasar pasir gintung, pasar tugu, pasar tamin yang termasuk pasar besar dan harga barang-barang yang dijual sedikit lebih murah, untuk Pasar Bawah termasuk pasar kecil walau berada di pusat kota yang strategis. Namun Pasar Bawah ini juga bisa dijadikan pilihan, terutama oleh ibu-ibu pekerja karena letaknya yang strategis dan masih menyediakan sayuran yang segar dan cukup komplit sekalipun hari telah siang.

Saya pun jika diharuskan memilih untuk berbelanja di pasar mana, maka saya akan memilih Pasar Bawah. Mengapa? Karena tempatnya yang tidak terlalu besar dan praktis. Jujur saja saya tidak terlalu suka berbelanja di pasar karena tempatnya becek dan bau, banyak pedagang berjejer (yah namanya aja pasar)  yang malah membuat bingung dan bikin pegal karena mau tak mau jadi mengitari kompleks pasar, belum lagi malasnya saya terlibat proses tawar menawar yang terkadang alot dan menyebalkan, maka saya memilih pasar yang tempatnya kecil, hanya terdiri dari sau kompleks kecil, namun menyediakan pilihan berbelanja dengan kualitas baik dan harga tidak terlalu mahal plus tidak ada acara tawar-menawar (yang kalau pembelinya nawar, dijawab dengan: "harganya sudah pas, bu.. *dan memang paling beda 500-1000 dengan pasar induk*), maka Pasar Bawahlah tempatnya.

Di Pasar Bawah juga terkenal dengan pusat toko buku pelajaran sekolah. Maka tak heran kalau saya sudah familiar dengan tempat ini dari zaman berseragam putih-merah karena saya sering diajak ibu untuk memilih sendiri buku-buku pelajaran sekolah, yang setelahnya terkadang ibu saya ikutan mampir belanja sayuran atau ikan segar.  Saya juga suka menyetorkan buku-buku bekas di toko-toko buku di Pasar Bawah untuk kemudian ditimbang dan dihargai sejumlah uang yang lumayan untuk jajan (daripada bukunya dibuang cuma-cuma, kan...)

Walaupun begitu, Pasar Bawah masih perlu untuk berbenah. Saya lihat walaupun pasar ini berada di pusat kota, tapi tak terlalu banyak masyarakat yang berbelanja di sini. Mungkin karena tempatnya yang berada di bawah tanah (atau kolong terminal sih tepatnya) sehingga membuat tempat ini terkesan kumuh dan panas. Memang Pasar Bawah terlihat kotor, walau tingkat kekotorannya bagi saya masih termaafkan dan tidak separah di pasar-pasar lainnya.
Dalam kegiatan di pasar, pastinya terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Di Bandar Lampung, bahasa yang dipakai di pasar adalah bahasa Indonesia, atau bahkan banyak pedagang yang menggunakan bahasa Jawa. Mengingat Lampung di abad 19 (kata google) dijadikan tempat transmigrasi masyarakat Jawa, membuat pertumbuhan Lampung juga diwarnai oleh kehadiran dan kerja sama dengan para penduduknya, baik penduduk lokal maupun pendatang. Bahasa Lampung sendiri jarang terdengar dalam interaksi masyarakat, hanya digunakan dalam percakapan keluarga di rumah saja atau saat ada acara adat.

tangga menuju Pasar Bawah.
disambut dengan toko buku dan seragam sekolah






mari... petenya, pak.. bu...



9 September 2015
17:05 
 

Sample text

Sample Text