Social Icons

Pages

Senin, 18 Januari 2016

Lajang Tangguh

Sudah terlalu lama sendiri~
sudah terlalu asyik dengan duniaku sendiri~

Hello 2016 from the outside~! Outside manah, neng, outside planet? Hadeeeh, seperti biasa memulai ngeblog dengan banyak cincong yang itu-itu saja : maapkeuun kalau jaraang banget ngeblog lagiih. Yak, bisa dicek terakhir posting di September 2015. Itu juga karena ikutan proyek nulis dari twitter. Hahahaaa. Terlalu banyak excuses yang nggak banget buat dibeberin kenapa gak ngeblog yang ujung-ujungnya gak lain gak bukan bermuara pada satu hal : malas :DDD. Jadih, di awal tahun ini dalam upaya pencitraan biar si naturally pemalas ini gak keliatan males, mari kembali mengisi blog pribadi, membahas hal-hal yang dialami, dirasakan, atau diamati. Untuk postingan pertama di tahun ini, saya memilih membahas apa yang saya alami dan amati, yaitu perihal being single, ayeeey! :D

Sebagai wanita single berusia 17++10 yang tinggal di tanah tumpah darah tercinta dan harus menjalani hidup di tengah derasnya arus orang-orang sekitar yang memasuki masa peralihan dari single ke double, I mean even from single bed to double bed, dari yang tadinya hidupnya cuma mikirin diri sendiri (plus dirinya di keluarga, dirinya di kerjaan, dirinya di kehidupan pribadi, sosial, cyber dll), sekarang beralih jadi punya pasangan, kawan, atau lawan yang perlu dipikirkan demi keberlangsungan hidup bersama. Dan di tengah arus peralihan itu, saya masih tetap di tempat : setia jadi pengamat. Dan mengenai saya yang single tulen inih, memperhatikan apa yang terjadi dengan teman-teman tersayang yang dalam masa peralihan, saya cuma bisa nyengir menanggapi keluh kesah mereka untuk menyesuaikan diri di berbagai hal, sementara saya tak perlu repot-repot seperti mereka. Gak cuma berbagi keluh kesah, tentunya ada banyak sisi menyenangkan dari masa peralihan ini, seperti jadi ada yang peduli sama apa yang kita lakuin, ada yang merhatiin, ada tempat untuk saling berbagi dan mengisi, dan saya turut merasa senang jika masa peralihan itu berjalan baik adanya. Kalau yang sedang dalam masa peralihan ada gelombang perasaan dan segenap usaha penyesuaian yang berkecamuk di dalamnya, gimana dengan kehidupan para single yang kesannya jadi adem ayem karena gak punya kerepotan layaknya si double? Mari beri panggung untuk sisi para singles, yang seperti juga pernah dirasakan oleh jutaan umat di alam semesta ini.

Buat saya, mau apapun itu jadi single karena pilihannya, atau keadaan yang mana belum ketemu aja, atau belum berpihaknya pasar pada pribadi ini,  cuma ada dua jenis single di planet ini : single yang gak nyaman, dan single yang (mau gak mau) menyamankan dirinya sendiri. Buat single tipikal pertama, bisa dilihat dari mereka yang selalu sibuk mengupayakan berbagai cara untuk mengakhiri masa single­-nya. Anehnya, kebanyakan orang tuh jadi gak nyaman hanya karena takut dilihat sebagai seorang “single fighter”, yang ke mana-mana seringnya keliatan sendiri. Kayak apa yang dibilang Indra di bukunya Kicau Kacau, “bagaimana jika ternyata ketakutan terbesar kita untuk menikmati kesendirian adalah kemungkinan timbunya kesadaran bahwa diri kita adalah makhluk asing yang baru bisa menyenangkan ketika dilengkapi dengan kehadiran orang lain?” Kerap kali orang-orang takut untuk terlihat sendiri, sehingga memicunya untuk mencari pasangan. Kalau udah begitu, motif untuk punya pasangan jadinya agak bergeser ya: agar bisa dapat pengakuan, “ini nih, gue juga bisa dapetin pasangan.” Yah, sebenernya mau apapun motif, arah dan tujuan, mau orang tersebut single atau taken itu kembali ke pilihan masing-masing. Begitu juga untuk saat menjadi single, mau yang heboh gak tahanan untuk menyudahi kesendirian, atau mau yang stay cool menikmati fase sendirinya, atau yang oportunis : kalem-kalem macan begitu ada sinyal untuk meraih gebetan, semua balik ke pribadi masing-masing. Dan untuk menjadi single tipikal kedua; single yang menyamankan dirinya sendiri, tentunya hal ini memerlukan upaya yang lebih. Karena hey, menjadi sendiri di antara sekian banyak orang yang memutuskan untuk berpasangan (terutama yang udah jadi pasangan syah secara agama dan negara) itu perlu memiliki kelapangan hati untuk tidak iri atas kebahagiaan orang lain (hahaahey). Dan saat menjadi single, harusnya fase kesendirian ini dimanfaatkan untuk semakin mengenali diri sendiri, untuk bisa berdialog dengan diri sendiri, dealing with you yourself, dan yang paling penting, untuk bisa berbahagia dan mencintai diri sendiri,  yang mana merupakan esensi dari kebahagiaan itu sendiri.

Well, ngetik begitu soal berbahagia dan mencintai diri sendiri sih gampang, terus aplikasinya gimana? Naah, kalau saya sendiri yang lagi dalam tahapan untuk menikmati masa kesendirian (dan beneran ngerasa nyaman dan agak terlena di banyak hal), saya mencoba untuk kompromi dengan diri saya sendiri. Begini, sebagai seorang single, tentunya kita jadi punya kebebasan dan ruang gerak lebih (walau untuk yang udah taken juga sebenarnya punya kesempatan untuk mengekspresikan kebebasan). Kalau single tuh ngebuat kita jadi gak mikirin perasaan pasangan (yaa karena gak ada pasangan) saat mengambil keputusan, beda sama yang udah taken di mana seenggaknya kita perlu untuk cerita ke pasangan. But somehow buat para singles itu malah kangen untuk punya tempat untuk berbagi, tempat untuk nyampah kalau saya bilang, dan itulah momen yang tingkat ganggunya nyebelin kalau tiba-tiba bergejolak di hidup saya. Tapi, lagi-lagi karena memang fase ini yang harus saya jalani, jadi yah saya memilih untuk tetap cari cara untuk berbahagia, walau gak punya tempat nyampah, tapi akan ada blog buat sarana pengalihan nyampah :DD.


Sebenarnya ada banyak kebahagiaan yang bisa dirasakan saat menjadi single, begitu pun berlipat-lipat juga kebahagiaan yang bisa dirasakan oleh yang taken walau juga dengan problematika dan penyesuaiannya :D. Saat ini berhubung saya ada di kubu single, saya mau kasih reinforcement kalau apapun alasan, kisah dan kejadian di balik kesendirian kita, jadilah single yang tangguh ((jangan angkuh)), yang bisa memanfaatkan momen kesendirian dengan sebaik-baiknya, dengan lebih mengenali diri sendiri, lebih menggali diri sendiri, memaafkan dan menerima diri sendiri, dengan begitu membuat kita memantaskan diri dan bisa menatap kehidupan lebih cerah lagi. Walau kembali lagi teringat kata Murakami lewat tokoh Aku di Dengarlah Nyanyian Angin : “di mana pun tidak akan ada manusia yang tangguh. Yang ada hanyalah manusia yang pura-pura tangguh.”Hear hear, jangankan single, manusia yang tangguh aja tuh sebenarnya gak ada, yang ada tuh pura-pura aja. Dan saya rasa saya bisa berkompromi ke diri saya sendiri untuk pura-pura tangguh :DD. Yuk deh, berbahagialah dengan diri sendiri dan jadilah lajang tangguh!

19 Januari 2016
10:55

1 komentar:

 

Sample text

Sample Text