Social Icons

Pages

Rabu, 30 Maret 2016

Inteligensi Embun Pagi (Pemicu Celotehan Tak Berujung)

Dicari : yang sukarela baca Inteligensi Embun Pagi walau belum baca seri Supernova sebelumnya. Penasaran dengan gimana pengalaman membaca untuk pertama kali, perjalanannya, kesannya---apakah berujung keki (kayak saya), penasaran dan banyak tanya (emang nyebelin), jadi bacaan seru atau ‘menggangu’?
=====



((perpanjangan tangan dari goodreads))
Menyiapkan diri untuk tidak sentimental setelah menyelesaikan baca IEP dengan tidak terburu-buru membacanya dan berada tak jauh-jauh dari tisu, mengingat IEP adalah seri terakhir Supernova—novel tentang perjalanan mencari jati diri dengan berbagai permasalahan, persimpangan, drama, kejenakan yang disajikan dengan apik, gamblang, tapi juga penuh misteri. Untuk tidak terburu-buru, saya menyelesaikan membacanya dalam 3 hari. Tapi buku ini benar-benar page turner—bikin nagih untuk meneruskan membaca dengan bermacam rasa—bengong, gak ngerti balik lagi halaman sebelumnya baca lagi, ngagetin, atau pas yang sesuai prediksi (yang mana cuma secuil)  langsung histeris dalam hati, “KAAN, gue bilang apa!” Untuk berada tak jauh-jauh dari tisu, ternyata saya tak se-sentimental itu. Mungkin karena IEP yang digawang-gawang jadi seri penutup Supernova, tapi tampaknya susah untuk penulisnya mengucapkan sayonara. Dan hal ini juga yang membuat saya sebal karena masih terbentang banyak jalinan cerita dari penutup supernova ini. Tepatnya, saya sebal oleh harapan akan kisah berikutnya (mengingat banyaknya jawaban yang dibeberkan, plus menimbulkan tanya baru lagi. What de KAMSUT, DEE?!?—berarti mesti menanti-nanti lagi dong! Merogoh kocek lagi dong! AAAAAA! (At this time, I hate ‘menanti’.)

Well, saya bilang saya tidak sentimental saat menamatkan baca IEP, tapi saya masih dihantui oleh berbagai obrolan ‘gila’ tokoh-tokohnya. Memang rasanya jadi sulit menjejak realitas, Saya juga jadi kesulitan untuk membuat ulasan buku ini, karena yaaaa, banyak hal mencengangkan, mengguncang, aneh-gak-aneh, dan juga bikin keki. Maka untuk ulasan kali ini, saya ingin mendaftar apapun yang menarik perhatian saya di buku ini, tak peduli kalau bocor sana-sini alias SPOILER *tapi tau deh tega apa enggak* :D.


Hal-hal yang disuka dari IEP:
11.       Kover bling-bling—gak bisa berhenti pegang buku dan main-mainin. (ada kali 5 menitan mainin tuh buku dulu, baru dibaca! :D) Awalnya ngerasa ini dangdut banget sik bing-bling ginih, tapi pas dapet momennya, jadi ikutan pengin ngerasain sensasi bling-bling! HAA
22.      Pertemuan tiap-tiap tokoh yang mana kalau secara terpisah udah dikenal baik sama pembaca dari seri sebelumnya. Ini salah satu briliannya Supernova—novel berseri tapi di lima serinya sebelum IEP membahas tokoh-tokohnya satu per satu secara dalam. (Walau ada juga tokoh-tokoh yang awalnya ‘nebeng’, eh di IEP langsung dapat sorotan, tanpa ba-bi-bu. Merupakan kesenangan tersendiri saat melihat tokoh-tokoh bertemu—sementara pembaca udah bisa antisipasi duluan (ya elaah, ini kan si “INI ; siap-siap lu Bod ketemu ‘yang bangkit lagi’!), sementara tokoh-tokohnya masih pada syok-tapi-kudu-ada-misi-besar-yang-dijalani. Atau ada juga bagian yang pembacanya ikutan melongo, “HAH, si Sati tuh..tuh..” “Kampret, si Mpret tuh..tuh..” dan masih banyak lagi (Walau tak dipungkiri ada paparan tentang tokoh yang astaga-kok-bisa-bisanya—iya, saya ngomong soal Rana).
33.      Konsep ‘perang’ Sarvara dan Infitran-Peretas. Perangnya (tentunya) bukan adu jotos, tapi adu strategi, saling mengkalkulasi. Walau nyebelin emang kenapa Sarvara-Infiltran-Peretas baru dikenalin di Gelombang (yang  juga cuma secuil). Kan, otak ngebul semua tumplek di IEP!
44.   Juga saat Infitran dan Sarvara itu gak bisa berada dalam ‘satu tempat yang sama’. Salah satu harus menyingkir. H*ll yeah! Mereka juga gak saling membunuh. Tinggal Peretas kebingungan—but hey, there’s always a way!
55.     No one is superior than others! Saya suka kesetaraan antara Sarvara-Infiltran-Peretas. Mereka punya tugasnya masing-masing. Sarvara misalnya,walau mereka sangat kuat (Infiltran saja menghadapinya bersama Peretas, juga dibantu Umbra), tapi mereka punya keterbatasan. Bahkan Ishtar—petinggi Sarvara aja ternyata DRAMATIS, jek! *tega*. Begitu juga Infiltran, mereka perancang strategi, tapi mereka tunduk pada sekuens yang memang harus terjadi. Pun, Infitran dibuat ketar-ketir sama gugus Asko ini dan butuh keajaiban! Sementara Peretas, justru ‘kaum kuat’ yang rela sepenuhnya menjadi manusia untuk menjalankan misinya—janji yang dibuat sebelum kelahirannya.  
66.       Sisi humor Dee yang gak tau tempat nongol begitu aja. Tapi saya rasa ini jadi terapi hiburan buat penulisnya lah ya, secara dia nulis--udahlah—ampun gak kebayang proses nulisnya pasti ‘berdarah-darah’. Seperti  waktu head-to-head Peretas dan Sarvara, itu kan lagi genting yak. Tapi maju-tak-gentarnya Peretas dengan melawan Sarvara gak pakai kekuatan aneh-aneh itu mendadak lucu! Padahal kondisi lagi susah, terjepit, darurat SOS minta tolong ke siapa, tapi malah ngelucu! Tapi buat saya, kelucuannya tuh pas! Salut!

Hal-hal nyebelin dari IEP:
1.       Menumpuknya informasi yang bikin sakit kepala! HAH! Rasanya ingin tutup telinga dan tak terpengaruh akan obrolan-obrolan Kell dan Bodhi tentang siapa sebenarnya Infitran, Sarvara, Peretas? Apa misi mereka? Buat pertanyaan-pertanyaan waspada dan ingin tahu  Alfa (segala tentang dari mana Kell dapat uang, embryonic jump, belum lagi omongan ‘dewa’ Reuben tentang evolusi kesadaran (yang mana sejalan dengan obrolan Bodhi-Kell), hiperentitas—rasanya kangen dengar Kalden bilang, “satu satu Alfa. Satu satu pembaca!”
2.       “Kata ‘Tamat’ akan menggiring kita ke “Pendahuluan’ yang baru.” Tolong Dee, gak ada habisnya dah nih, ya. Sekuens tetap berlanjut :D.
3.       Dee bilang kalau Supernova adalah novel spiritual—yang mengajak pembacanya untuk bertanya, merenung, mengusik kehidupan itu sendiri. Tapi boleh dibilang, Inteligensi Embun Pagi ini daya usiknya paling kecil buat saya. Walau tak dipungkiri ada banyak hal yang bikin ‘gila dan menganggu’, tapi biar gak ‘gila’ saya menganggapnya jadi ‘dongeng’ saja :D. Gak tau kenapa untuk novel yang ini lebih kenceng ke arah fantasinya. Mungkin karena saya yang gak siap akan jawaban yang akhirnya terkuak. Tapi toh tak berhenti di situ saja—karena lahir pertanyaan-pertanyaan baru. HAA! Puyeng!
4.       Jaga Portibi dipanggil Jay-Pee sama si Bodhi. Getok juga looh baldy, Bodhi! Jaga Portibi is the Guardian of the Universe :’D.
5.       Toni menggantikan Alfa, don’t worry, ini atas rencana Alfa. Heh!
6.       Rana itu pe-re-tas! Huh, nambah-nambahin perkara kan. Mungkin ini harga yang harus dibayar oleh Dee karena memasukkan gugus kandara di sini.

Tiga tokoh tergila Supernova
3. Alfa Sagala : untuk rencana dalam rencananya...
2. Reuben : untuk apa yang tersulut dalam pikirannya. Malah jauh lebih ngerti omongannya Kell daripada omongan Reuben yang berapi-api dan notabene adalah seorang manusia tulen :D. Ribeut, jek!
1. Dimas : tau kan kalau di muka bumi ini tak luput dari ‘orang gila’. Dan tak ada yang lebih gila dari seorang yang tahan berada di sisi orang gila itu sendiri :DD.

Momen menyentuh
Jangan pikir saya akan memasukkan kisah Alfa-Ishtar sebagai momen menyentuh karena gak tahu kenapa saya pikir mereka berdua cukup kuat untuk menghadapinya (selain karena memang siklusnya begitu—kejar-kejaran gak udah udah mbulet aja itu mah). Dan beneran, saya juga gak ngerti kenapa saya gak simpatik akan api cinta Alfa-Ishtar, juga Gio-Zarah. Mungkin karena saya lagi skeptis menyoal cinta-cintaan! HAA tumbyeen.
Jadi, momen menyentuh itu jatuh kepada :
(+) Zarah dan Hara. Waktu Zarah menginap dan tidur dengan Hara (setelah ‘perang’), menyadari betapa kuat adiknya dengan tetap berada di sisi ibu. Buat Hara hal itu merupakan hal biasa, tapi tidak buat Zarah. Ah, betapa apa yang kita anggap bukan melakukan sesuatu yang luar biasa tapi bisa dipandang mengagumkan dari sisi lainnya.

(+) Waktu Ferre membaca novel Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Reuben & Dimas. Lebih ke JENG-JET sih, sebenarnya!

1 Hal yang disayangkan dari IEP:
Sayang Alfa gak head-to-head sama Ompu Togu Urat. (apeuw banget!)

Hal yang mungkin terlewatkan di IEP:
Dari seri Gelombang, bukannya Alfa pernah bermimpi ketemu teman-teman satu gugusnya, ya? Bahkan ‘Permata’ juga? (buka Gelombang halaman 95). Tapi kenapa saat Alfa ketemu teman-temannya, doi gak komentar sedikit aja, kek—saya pernah ketemu kalian di mimpi. Ini mah Alfanya lempeng-lempeng aja. Atau karena emang banyak hal yang mendesak sih ya daripada sekadar kumpul dan foto-foto, begitu kata Alfa  yang awalnya bingung ngapain juga kumpul temen segugus :D.

Hal-hal lucu di IEP:
Buanyak! Ha..ha. Yang jelas Dee masih menjaga nuansa Elektra di Petir yang emang bodor abis! Beberin beberapa aja yah momen lucu:
11.       Lagi pasang posisi apalah itu diatur Liong, eh pada nanya kenalan Sarvara/Infiltran. Elektra lagi nanya Ni Asih itu siapa? Watti itu siapa?Sampai Liong dibuat kesal sendiri :D.
22.       Waktu mendaki ke Portal bulan, terkuaklah kalau Toni anggota gugus tulen—gugus Pramuka, jek! Gara-gara menjatah minum teman-temannya.
33.       Waktu Peretas dan Sarvara duel terbuka. Peretas dengan keterbatasannya minta duel secara ‘manusiawi’—yang gak pake ilmu aneh-aneh :D.   Lagi genting tingkat dewa, eh dibuat ngakak gila waktu Toni bilang ke Simon, “Gua bisa hack lu sampai miskin, Anj*ng!” :DD
44.       Elektra yang ngarep banget diangkat adik sama Zarah :D
55.       Omongan Elektra: “sampai modaaaar!”

Menang lotere, tapi kemudian masuk ke perjudian lagi
Dari sekian banyak pertanyaan yang ada, ada satu pertanyaan kecil yang saya simpan, dan saya tak menyangka pertanyaan itu dibahas di IEP ini, dan dijawab segamblang-gamblangnya. Pertanyaan itu datang dari Bodhi: kenapa Liong memanggil Bodhi sebagai guru? Terungkaplah kalau di kehidupan masa lalu Liong adalah Peretas dan Bodhi adalah Infiltran yang rela menyebrang menjadi Peretas demi mengawal Peretas Puncak di siklus ini—yang mana sebuah pengorbanan terbesar yang dilakukan seorang Infiltran. *yaa tolong! Pas dapet undian, malah teraduk lagi dalam perjudian!*  

Permohonan kecil
Jikalau ada cerita kelanjutan Sarvara-Peretas-Infiltran dengan additional player-nya Umbra, saya mohon untuk Reuben dan Dimas dijadikan ‘manusia tulen’ saja, yah mentok-mentok jadiin umbra, lah. Tapi kenapa kemudian di akhir cerita Liong bilang harus mewaspadai beberapa individu yang dikontak Bintang Jatuh. *JENG-JET lagii!*


   Pada akhirnya, tibalah di penutup ulasan *akhrinyaah*. Untuk IEP kali ini saya mendapatkan satu hal lagi yang berharga yaitu... semuanya pada bisa baper, apalagi kita ‘manusia tulen’. :’DD Simon baper sama Firaz yang dicolong Infiltran dan jadi Peretas, kemudian sekarang dikonversi lagi. Liong baper sama Bodhi karena kisah masa lalu, Bodhi baper sama masa lalunya (si Akar), Ishtar baper level dewa sama Alfa. Alfa baper sama Ishtar dan keluarga bataknya~ laah pance lah :DDD. Yang jelas segalanya bisa terjadi. “Niat menggerakkan pikiran.” Terima kasih untuk perjalanan yang penuh warna dan tanya ini. Seperti kata Kell, “apa lagi asyiknya hidup tanpa misteri? Itu satu hal yang aku selalu cemburui dari manusia.” ((sok eta, Kell nyebrang ke Peretas*situ pikir gimpil?*)) Sebagai pembaca, walau dibuat keki berat saya tetap menunggu karya-karyanya Dee—bahkan kalau Dee buat buku resep sekalipun. Salam.

diambil dari ig :@adhamtfusama

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text