Social Icons

Pages

Jumat, 18 September 2015

Cerita Pendek dari Kali Akar


Derap langkah berderu, meninggalkan jejak langkah di tanah yang kering akibat hujan yang tak kunjung turun. Sekitar 100 siswa yang dipandu oleh alumni dan beberapa guru melintasi jalan setapak dan semak-semak. Mereka telah berjalan dari sekolah yang ada di Jl. Jendral Soeprapto menuju Kali Akar, tempat diadakan organisasi gabungan dari sekolah. Setelah berjalan hampir satu jam, akhirnya mereka memasuki perbukitan yang sepi, dengan jalan setapak yang pada hari sebelumnya sudah diberi tanda oleh petugas survey lapangan agar rombongan dapat melintasi jalan yang layak dilewati. Terlihat ada segerombolan siswa yang tengah duduk meluruskan kaki, menenggak air minum dari botol, dan ada yang mengibas-ngibaskan kausnya yang dipikir dapat membantunya merasa lebih sejuk. Putra, remaja bertubuh jangkung dan tergabung dalam organisasi PMR berada di rombongan yang tengah beristirahat itu. Setelah duduk sejenak meluruskan kaki dan menandaskan air minum di botolnya, ia menyandarkan tubuhnya ke pohon yang rindang. Merasa sedikit terlindungi dari sengatan matahari yang tergolong masih pagi, Putra memejamkan mata. Dia tidak sedang mengantuk, dan sepertinya tidak bisa ngantuk karena pikirannya sibuk melayang akan kejadian dua minggu lalu saat hubungannya dan kekasih (maaf, sekarang jadi mantan kekasih) kandas.

Sampai sekarang ia tak mengerti apa pokok permasalahannya sampai-sampai hubungan yang dibinanya dari awal berseragam abu-abu hingga mereka kini memiliki adik tingkat harus berakhir. Ia akui akhir-akhir ini ia sangat sibuk baik di sisi akademik : mempertahankan nilai yang bagus agar bisa dapat undangan masuk perguruan tinggi favorit, mengikuti olimpiade sains, juga aktif di organisasi : ikut lomba tingkat kota dan organisasi gabungan di Minggu yang panas ini. Kesibukannya membuatnya tak bisa mengantar pulang Rissa beberapa minggu belakangan, juga ia dua kali membatalkan kencan yang telah direncanakan oleh Rissa dalam sebulan terakhir. Tak ada kencan dalam sebulan terakhir menurut Putra bukanlah persoalan besar, karena toh hampir setiap hari saat bersekolah mereka bisa bertemu. Ya, mereka bersekolah di tempat yang sama, tingkat yang sama, jurusan yang sama, hanya kelasnya yang berbeda. Saat ini pun mereka (bersama teman-teman, adik dan kakak kelas yang mengikuti organisasi sekolah) mengikuti kegiatan yang sama. Rissa tergabung dalam organisasi SKR (Sanggar Kegiatan Remaja). Ia sempat melihat Rissa dan kelompoknya berjalan lebih dahulu saat mereka masih ada di kawasan sekolah dan jalan menuju Kali Akar (karena di SKR lebih banyak anggota perempuan ketimbang pria, membuat organisasi ini diatur agar berjalan di tengah-tengah, agar terlindungi).

Setelah lima menit kalut dalam pikirannya, Putra membuka mata, merutuki dirinya yang masih saja memikirkan mantannya. Ia merasa lebih baik tak usah beristirahat dan terus bergerak menyibukkan diri, karena sedikit saja ia free, maka pikirannya akan menari-nari ke masa yang saat ini tak ingin diingatnya lagi. Ia pun segera bangkit dari duduknya, mendapati  kelompoknya telah berjalan sepuluh langkah di depan. Putra pun bergegas menyusul rombongannya yang termasuk dalam rombongan terakhir.
***
Sebelum memasuki rute yang lebih ekstrim dan memiliki medan yang curam, rombongan perempuan beristirahat di bawah pepohonan rindang, termasuk Rissa yang menjadi ketua kelompok. Rissa duduk sejenak, merasa kecapaian namun ia sibuk melemparkan pandangannya ke belakang, tempat banyak rombongan kelompok yang didomiasi para pria berkumpul. Ya, walau hubungan telah berakhir, dia masih mencari-cari sosok Putra. Sosok pria tinggi berkulit putih, hidung mancung dan mempunyai tatapan mata yang tajam dengan warna bola matanya yang cokelat kehitaman, sosok yang mengisi hatinya hampir satu tahun lebih namun kini harus berakhir. Sosok yang akrab menemaninya dan mengerti akannya, namun... “Kak, Dila kesakitan!” panggilan dari seorang adik tingkat membuat Rissa menghentikan lamunan dan pencariannya. Dalam hati Rissa bersyukur atas panggilan adik tingkatnya yang membuat lamunannya buyar. Kata ibu, dan wejangan guru serta tetua lainnya tak baik melamun di tempat yang asing. Memang ini kali pertama Rissa mengikuti kegiatan yang membuatnya harus mengikuti acara dengan berjalan kaki ke Kali Akar, tempat yang memiliki aura mistis, walau sebenarnya menawarkan pemandangan alam yang asri dan sejuk, belum lagi kalau sudah bertemu dengan aliran sungai yang jernih dan bersih. Itu yang ia dengar dari kakak laki-lakinya yang merupakan mahasiswa pecinta alam. Namun masih dari cerita kakaknya, warga kerap mendengar derap langkah kaki di kejauhan dan tak ada siapa pun yang melintas. Dan ada juga yang mengaku pernah melihat serombongan prajurit dan seorang putri yang cantik jelita. Konon, Kali Akar merupakan tempat singgasana kerajaan di masa lampau.

Sejauh ia berjalan, ia merasa biasa saja, namun tak lupa membentengi dirinya dengan sibuk membaca ayat-ayat suci dalam hari sepanjang perjalanan. Rissa pun segera menghampiri Dila. Adik kelasnya itu tadi sempat terjatuh, namun masih sanggup berjalan sampai kini ia kembali merasa sakit. Pergelangan kaki Dila terlihat bengkak. Beberapa rombongan mulai berjalan kembali menuju perbukitan yang setelah menemui semak-semak, akan ada turunan dan sampai di sungai. Rissa bertanya apakah Dila masih sanggup ikut berjalan yang tinggal setengah lagi, yang dibalas dengan ringisan Dila. Ia pun memutuskan untuk berdiam sejenak menunggu kondisi Dila membaik, dan menunggu rombongan PMR datang kalau-kalau bisa memberi pertolongan.
***

Derap langkah berderu jauh di belakang, mengalun lebih kencang di jalan yang setapak sepi itu. Putra merasa sejuk saat ia melintasi semak-semak hijau yang jika ia tak salah ingat di tahun lalu akan membawanya pada sungai yang jernih, tempat para anggota organisasi beristirahat sebelum masuk ke acara inti: yaitu reorganisasi. Putra benar-benar merasa jadi  yang terakhir dari rombongan sekolahnya yang akan tiba di sungai.  Setelah tertinggal dari rombongannya, Putra bergegas mengejar ketertinggalannya. Sempat melihat beberapa siswa berseragam kaus olahraga sekolahnya, Putra berjalan lebih cepat. Namun berjalan dengan cepat membuatnya mudah kelelahan. Ia pun berhenti sejenak saat berada di perbukitan. Ia tak habis pikir, rasanya ia hanya kalut lima menit, namun membuatnya ketinggalan sejauh ini. Ia sempat berpikir untuk menunggu rombongan di belakangnya, tapi ia takut sudah tertinggal jauh. Dan apa kabar Rissa? Damn! Dia lagi. Putra pun kembali memperlebar langkah kakinya, berharap bisa lekas bertemu dengan rombongannya, atau siapa pun dari sekolahnya.

Sampai ia di turunan yang curam, yang akan membawanya ke sungai. Saat ia akan menuruni jalan, terdengar derap langkah panjang seperti barisan jauh di belakang. Bulu kuduk Putra mendadak berdiri, ia ingat akan cerita masyarakat tentang prajurit kerajaan di Kali Akar. Ia pun berlari menuruni jalanan, tak peduli jalannya yang curam. Hampir saja ia terjatuh karena berlari saat turunan, namun langkahnya terhenti melihat sosok di sungai. Cantik, ayu, berambut panjang, mengenakan kain seperti cerita bidadari yang turun dari khayangan untuk mandi di kali, seketika Putra terpesona paras ayunya. Tak pernah ia melihat wanita secantik ini, sekalipun dalam mimpi. Wanita itu duduk di bebatuan besar di tengah sungai, melemparkan senyuman pada Putra yang terkesiap ingin menggapainya. Ingin meraihnya.
***

“Putra!Putra! Sebelah sini!” Serombongan siswa memanggil-manggil  Putra dari tepi sungai di ujung kanan. Setelah ketua kelompok, alumni dan guru melakukan pengecekan siswa lima belas lalu, mereka tak menemui satu siswa: Putra. Rombongan terakhir yang tiba di sungai adalah rombongan PMR dengan tiga anggota SKR, Rissa ikut dalam rombongan itu. Alumni pun memutuskan untuk menunggu terlebih dahulu sambil beristirahat sejenak, sebelum kemudian alumni akan masuk kembali ke bukit dan melakukan pencarian. Lima menit kemudian, saat para siswa beristirahat namun pikiran tak jenak memikirkan salah satu teman, kakak mereka yang tertinggal, beberapa siswa wanita berteriak melihat Putra di ujung kiri sungai. Rissa pun langsung berpaling ke arah tersebut. Ia hanya bisa melihat punggung Putra jauh di ujung sana, berjalan terus menjauh...
***
Putra berjalan menuju wanita yang duduk itu, berjalan terus ke tengah, yang kemudian wanita itu berpindah ke ujung sungai dan Putra masih terus mengikuti, membawanya ke ujung sungai, membawa langkahnya tak lagi dapat menginjak tanah, menenggelamkannya dalam pesona ayu sang wanita. Tak ada lagi Rissa.


diambil dari ulunlampung.blogspot

diambil dari tribunnews


Catatan: Kali Akar, terletak di Sukadanam (daerah perbukitan di Bandar Lampung), kawasan hijau yang sejuk, terdapat sungai yang jernih di bawahnya. Tempat ini kerap dijadikan tempat organisasi gabungan atau ospek. Konon di tempat ini merupakan tempat kerajaan zaman dahulu, dan suka terdengar derap langkah dan ada prajurit dan putri dengan pakaian kerajaan. Ada beberapa TV swasta program misteri yang meliput tempat ini. Bersyukur selama ikut kegiatan di Kali Akar, gak ada kejadian yang seram-seram.

18 September 2015
15:51

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text