Sudah di hari penghujung mengikuti proyek #CeritaDariKamar, dan saya malah belum bercerita tentang benda yang selalu ada kamar, yang selalu setia menghuni kamar dan bersedia menopang kita, seberat apapun bobot badan kita. Ya, benda ini adalah tempat tidur. Sebenarnya saya juga bingung hendak bercerita apa, sesuatu yang beda tentang tempat tidur. Tempat tidur saya seperti kebanyakan tempat tidur yang lainnya, dengan model tempat tidur dua susun, berwarna pink dan bergambar rubah. Tempat tidur ini memang bernuansa anak-anak, tapi tetap saja tidak mengurangi kenyamanan dan kesediaannya untuk jadi tempat saya merebahkan badan, meletakkan letih, kantuk, segenap rasa lainnya, dan setelahnya saya bisa kembali merasa segar. Beruntung saya bukanlah tipikal orang yang susah tidur. Malah terlalu mudah untuk tidur. Jika saya bercerita saya tertidur di bus atau angkutan umum sekalipun, itu sudah menjadi hal yang biasa. Saya bisa tidur di mana saja, tanpa atau tentu dengan rasa ngantuk, tapi saya tentu lebih memilih untuk tidur di tempat tidur di kamar saya, tak peduli bagaimana pun keadaan kamar saya : rapikah atau berantakan, juga tak peduli bagaimana tempat tidurnya: berseprei atau tidak.
Pernah saya dan teman-teman kerja ngobrol seputar tempat tidur. Tidak tahu apa awalnya pembicaraan sampai ke pembahasan tempat tidur, saat itu malah jadi asyik membicarakan tempat tidur. Ada yang bilang kalau tidak bisa tidur sebelum kamarnya rapi. Dan punya kebiasaan tersendiri, dengan menumpuk bantal dan guling di atas tempat tidur, sesuai dengan keinginannya. Ada yang bilang kalau suka tempat tidur dengan seprei yang wangi, bikin nyenyak tidur katanya. Saya jadi menilik ke diri saya sendiri, kok saya tidak punya syarat apa-apa untuk tempat tidur. Saya bahkan bisa tetap tidur, sama pulasnya saat tempat tidur saya berantakan, juga tidak berseprei. Terkadang saat masuk kamar, saya sudah terlalu capek, ngantuk, dan segera ingin tidur sehingga saya tidak mempermasalahkan keadaan tempat tidur saya. Kadang juga saya punya waktu untuk membereskan kamar, merapikan tempat tidur, tapi malah tidak saya manfaatkan, rasanya malas sekali membereskannya, hanya ingin langsung tidur saja. Ya, hal sesederhana apa pun kalau malas tidak akan jadi sederhana, selalu saja banyak alasannya. Harusnya untuk memerangi rasa malas, harus dilawan dengan sederhana pula : jangan malas!
Oh ya, saya juga ingat akan obrolan teman saya yang sudah menikah dan berbicara tentang tempat tidur, dia yang selalu ingin rapi berbeda sekali dengan pasangannya yang cuek dan berantakan. Lucu ya, dua orang yang berbeda karakternya harus bersatu padu. Teman saya itu awalnya sebal dengan kelakuan suamiya. Tapi lama-lama karena melihat teman saya itu selalu rapi, membuat pasangannya menjadi mengikuti kebiasaan teman saya, yang selalu bersih dan rapi. Hhhm, mungkin saya pun akan begitu saat harus berbagi ruang kamar dengan dia-yang-kelak-jadi-pasangan-romantis-bahagia-sentosa-selama-lamanya, saat harus berbagi tempat tidur dengannya. Tak ada malas lagi untuk merapikan tempat tidur. Setuju? :)
0 komentar:
Posting Komentar