Seorang gadis kecil itu tampak sudah rapi dan siap untuk diajak
pergi. Di hari Minggunya, ia biasa turut pergi bersama seorang gadis muda yang
cantik rupa dan hatinya. Dan hampir di setiap minggu, mereka mengunjungi
perpustakaan daerah yang letaknya saat itu, menurut prespektif anak-anak,
lumayan jauh dari rumah. Tapi tak mengapa. Toh,
gadis kecil itu memang lebih menyukai perpustakaan dibanding pusat perbelanjaan
yang memiliki arena bermain. Ia malah pusing saat disuruh bermain wahana-wahana
yang hanya dengan memasukkan koin tertentu, maka akan menyalalah ia dengan
gerakan yang begitu-begitu saja dan iringan nada yang kemana-mana. Ia pun sama
merasa pusing karena mabuk perjalanan saat menuju ke perpustakaan, namun
kepusingan itu menguap begitu saja saat ia memasuki perpustakaan dan menemui
cinta pertamanya : buku cerita anak-anak. Maka, di setiap tahunnya, orangtua
gadis kecil itu pun selalu mengurus perpanjangan kartu anggota perpustakaan dan
membuat anaknya rutin mengujungi perpustakaan, di saat masa kanak-kanaknya.
*****
Gadis kecil itu pun beranjak remaja dan
duduk di bangku SMA ketika ia ribut lagi minta berkunjung ke perpusda
(perpustakaan daerah), setelah bertahun-tahun sebelumnya ia absen ke sana. Tak
tahulah apa yang menjadi penyebab keabsenannya, dan keinginannya untuk bisa
kembali ke perpustakaan pun muncul tiba-tiba, sebagai permintaannya yang tengah
terbaring sakit karena thypus. Maka, ketika ia sudah sehat dan sebelum kembali
ke sekolah, ia pun pergi ke perpustakaan bersama wanita yang sama, yang dulu
juga selalu mengantarnya ke tempat itu. Saat memasukinya, ia latah langsung
memasuki area buku anak-anak. Mungkin juga, karena memang area itulah yang
akrab baginya. Namun, tak seperti dulu, ia tak lagi merasakan ketertarikan yang
sama saat berada di area itu. Bukan karena ia tak lagi suka membaca, walau
memang, belakangan ia tak lagi rajin membaca, tapi karena koleksi bukunya tidak
lagi sebanyak dulu. Banyak buku yang sudah jelek kondisinya. Yang jelas,
kunjungannya ke perpusda kala itu menjadi kunjungan yang mengecewakan. Untuk
pertama kalinya, ia merasa kecewa dengan perpustakaan.
*****
Sekarang gadis kecil itu sudah beranjak
dewasa. Tanyakan kapan terakhir kali ia membaca buku? Hhhm, sekitar seminggu yang lalu. Lalu
tanyakan kapan terakhir kali ia ke perpustakaan? Haha, jangan bercanda. Tak
usahlah disebutkan kapan terakhir kalinya. Oh ya ralat, untuk urusan membaca buku,
tadi pagi pun ia membaca buku, memang bukan untuknya, tapi untuk bocah-bocah di
tempatnya bekerja. Menarik sekali bukunya. Penuh warna, gambar-gambar, dan
ceritanya pun lucu, tentang seekor tikus yang pemalu dan berusaha untuk
mengajak temannya bermain dan ingin menangkap pelangi sebagai hadiah untuk
teman-temannya itu, agar bisa bermain bersama. Bocah-bocah kecil itu pun tampak
tertarik dengan apa yang ia bacakan, walau ada juga yang tidak bisa diam, atau
menatapnya dengan mata mengantuk. Dan ya, demi melihat tingkah polah bocah-bocah
yang ada di kelasnya, wajah-wajah polos mereka, juga keceriaan dan pancaran harapan masa depan, ia pun seperti melihat lagi masa kecilnya -- walau tak
sebocah mereka ini yang baru berusia tiga tahunan -- saat ia suka sekali
membaca buku, walau ia lupa apa saja buku-buku masa kecilnya. Seingatnya, ia
pernah membaca lima sekawan (yang membuatnya hampir setiap saat bertanya, "mobil caravan itu
seperti apa?"), buku cerita yang berbentuk seperti buku saku
kecil-kecil, cerita detektif yang dengan tantangan memecahkan misteri di
dalamnya, dan di akhir cerita ada jawabannya, cerita rakyat, ghoosebump, dan berbagai buku
lainnya. Buku-buku itu dulu ia dapatkan dari perpustakaan, dan saat membacanya, ia pasti cantik berbinar-binar!
Gadis kecil yang masih kecil dan ramping di usianya
yang tidak lagi kecil, kini mendadak rindu sekali akan perpustakaan, walau mungkin
sekalipun ia rindu, tapi tak bisa lantas berkunjung ke sana karena kesibukannya
(dan juga kemalasannya, mungkin!) Ia juga rindu akan cinta pertamanya, buku
cerita anak-anak. Maka, saat melihat buku ini, juga jajaran buku anak-anak di
tempat kerjanya, inilah saatnya reminder yang tersetel lama dalam otaknya
berbunyi : ia pun terpental ke masa lalu, mengingatkannya akan awal
kecintaannya membaca buku dan rajin mengunjungi perpustakaan. Setelah sekian lama, ia pun dengan sendirinya kembali akrab dengan dunia anak-anak dan berencana untuk berburu buku cerita anak-anak agar ia bisa menyimpannya dan buku-buku tersebut dapat dimiliki oleh anak-anak di masa kelak, dengan harapan pelangi akan menghiasi kehidupan lewat buku dan berjuta kisahnya.
Penulis : Elizabeth Baguley & Caroline Pedler
Penerjemah : Hertriani Agustine
Penerbit : Erlangga
Tahun terbit: 2008
"Pulang & tengoklah buku anak-anak, sebab itu perlu agar hidupmu tak sendu melulu" - GIPP
kemudian ia pulang lewat dunia maya dan menemukan ini! huhuhuhu cuma bisa menatapinya
16 November 2013
22:23 WIB
0 komentar:
Posting Komentar