Pasar Bawah
Jika diperhatikan saat sedang ada
waktu untuk memperhatikan, masyarakat Lampung ini menyukai kepraktisan.
Sebenarnya perhatian secara bebas ini terlihat dari nama-nama tempat di Bandar
Lampung yang dilabeli dengan sederhana, sesuai dengan lokasi berada. Seperti tempat
yang akan saya bahas kali ini, yaitu pasar bawah. Sesuai dengan namanya, pasar
ini terletak di bawah tanah. Kalau di luar negeri ada kereta bawah tanah, maka
di Bandar Lampung juga tidak mau kalah dengan pasar bawahnya :D. Pasar Bawah
terletak di terminal Ramayana (atau terminal Tanjung Karang), tepatnya di bagian bawahnya. Berada di pusat
kota Bandar Lampung, Pasar Bawah menawarkan pilihan bagi masyarakat kota,
khususnya ibu-ibu untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Jika dibandingkan
dengan pasar-pasar lainnya di Bandar Lampung, seperti pasar pasir gintung,
pasar tugu, pasar tamin yang termasuk pasar besar dan harga barang-barang yang
dijual sedikit lebih murah, untuk Pasar Bawah termasuk pasar kecil walau berada
di pusat kota yang strategis. Namun Pasar Bawah ini juga bisa dijadikan
pilihan, terutama oleh ibu-ibu pekerja karena letaknya yang strategis dan masih
menyediakan sayuran yang segar dan cukup komplit sekalipun hari telah siang.
Saya pun jika diharuskan memilih
untuk berbelanja di pasar mana, maka saya akan memilih Pasar Bawah. Mengapa? Karena
tempatnya yang tidak terlalu besar dan praktis. Jujur saja saya tidak terlalu
suka berbelanja di pasar karena tempatnya becek dan bau, banyak pedagang
berjejer (yah namanya aja pasar) yang
malah membuat bingung dan bikin pegal karena mau tak mau jadi mengitari
kompleks pasar, belum lagi malasnya saya terlibat proses tawar menawar yang
terkadang alot dan menyebalkan, maka saya memilih pasar yang tempatnya kecil, hanya terdiri dari sau kompleks kecil, namun menyediakan pilihan berbelanja dengan kualitas baik dan harga tidak
terlalu mahal plus tidak ada acara tawar-menawar (yang kalau pembelinya nawar, dijawab dengan: "harganya sudah pas, bu.. *dan memang paling beda 500-1000 dengan pasar induk*), maka Pasar Bawahlah tempatnya.
Di Pasar Bawah juga terkenal
dengan pusat toko buku pelajaran sekolah. Maka tak heran kalau saya sudah familiar dengan tempat ini dari zaman
berseragam putih-merah karena saya sering diajak ibu untuk memilih sendiri buku-buku
pelajaran sekolah, yang setelahnya terkadang ibu saya ikutan mampir belanja
sayuran atau ikan segar. Saya juga suka
menyetorkan buku-buku bekas di toko-toko buku di Pasar Bawah untuk kemudian
ditimbang dan dihargai sejumlah uang yang lumayan untuk jajan (daripada bukunya
dibuang cuma-cuma, kan...)
Walaupun begitu, Pasar Bawah
masih perlu untuk berbenah. Saya lihat walaupun pasar ini berada di pusat kota,
tapi tak terlalu banyak masyarakat yang berbelanja di sini. Mungkin karena
tempatnya yang berada di bawah tanah (atau kolong terminal sih tepatnya)
sehingga membuat tempat ini terkesan kumuh dan panas. Memang Pasar Bawah
terlihat kotor, walau tingkat kekotorannya bagi saya masih termaafkan dan tidak
separah di pasar-pasar lainnya.
Dalam kegiatan di pasar, pastinya
terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Di Bandar Lampung, bahasa yang
dipakai di pasar adalah bahasa Indonesia, atau bahkan banyak pedagang yang
menggunakan bahasa Jawa. Mengingat Lampung di abad 19 (kata google) dijadikan
tempat transmigrasi masyarakat Jawa, membuat pertumbuhan Lampung juga
diwarnai oleh kehadiran dan kerja sama dengan para penduduknya, baik penduduk lokal
maupun pendatang. Bahasa Lampung sendiri jarang terdengar dalam interaksi masyarakat, hanya digunakan dalam percakapan keluarga di rumah saja atau saat ada acara adat.
tangga menuju Pasar Bawah.
disambut dengan toko buku dan seragam sekolah
mari... petenya, pak.. bu...
9 September 2015
17:05
Ternyata ada toko buku pelajaran di pasar juga ya :)
BalasHapusby the way salam kenal :)
http://www.piazakiyah.com
Iya, ada toko buku pelajaran dan harganya relatif murah dan cukup lengkap. salam kenal juga :)
BalasHapus