Social Icons

Pages

Jumat, 15 November 2013

#5BukuDalamHidupku Perahu Kertas yang Terlambat Terbaca

Ada yang unik dari dua manusia itu. Setelah dipertemukan dalam obrolan yang tak jelas juntrungannya, yang kemudian berlanjut ke obrolan-obrolan berikutnya, entah bagaimana akhirnya dua manusia itu pun saling tertarik untuk mengenali satu sama lain. Lucu juga mengingat awalnya dua manusia ini merupakan orang asing yang terbawa dalam arus obrolan di belahan dunia antah berantah, namun akhirnya mereka malah berani-beraninya menantang diri untuk menjadi dekat. Seiring berjalannya waktu, mereka pun menemui bahwa mereka memiliki kesamaan-kesamaan : sama-sama suka mendengarkan musik Sheila on 7, suka membaca, dan suka iseng. Mereka juga bisa saling melengkapi. Seperti yang satunya tukang masak, dan yang satunya lagi tukang makan, atau yang satunya suka (namun juga suka malas) menulis, sementara yang satunya lebih parah malasnya perihal menulis, tapi kerjanya suka sekali menyuruh-nyuruh yang satunya untuk menulis agar ia mendapatkan bacaan gratis. Dan tak jarang, mereka juga dihadapkan dengan perbedaan-perbedaan: seperti yang satunya terkesan cuek, tapi yang satunya lagi seperti kurang kerjaan dengan mencurahkan perhatian, yang satunya ritme hidupnya berantakan, namun yang satunya lagi lebih suka dengan keteraturan, juga sekali pun mereka suka membaca, namun ternyata tipe bacaannya berbeda sekalipun tema ceritanya sama : tentang detektif. Dan mereka pun pernah terlibat lagi-lagi dalam percakapan yang tak seberapa penting, tentang bacaan kesukaan mereka masing-masing.

Di sebuah rental komputer dan buku, sang pria berdiri di depan jajaran buku-buku yang tersusun di dalam sebuah lemari. Hampir selalu dia akan berada di situ, lama berdiri memilah-milah buku, walau kemudian yang diambilnya pastilah buku yang sejenis itulah. “Pinjam buku ini, yaa!” Lagi-lagi buku Agatha Christie. Sang wanita pun jadi curiga sendiri akan kunjungannya ke rumah, yang juga terdapat rental komputer dan buku, besar kemungkinan untuk berburu Agatha Christie. “Kamu baca ini juga, dong! Masa suka Conan malah gak baca beginian.” Sang pria acap kali mengatakan itu, namun sang wanita dengan polos menjawab, “Ogah, ah! Baca nama tokohnya aja udah ribet.” “Haha..dasar!” Kemudian sang pria pun mengambil posisi duduk dan membuka-buka buku yang dipilihnya. Terkadang langsung dibaca, kadang langsung dimasukkan ke tasnya untuk nanti dibaca. Jika sang pria langsung membacanya di tempat, maka sang wanita pun ikut-ikutan sibuk memilih buku di lemari itu, walau hampir semua buku tersebut sudah dibacanya. Kala itu sang wanita memilih komik detective Conan dan membacanya secara acak. Maka, berbicaralah dua manusia itu dalam dunia imajinasi masing-masing yang telah dibangun oleh buku yang mereka pegang, sampai kemudian terdengar suara yang keluar, “tell me how to read a comic.. gak ngerti deh aku?” Sang wanita pun mengernyitkan dahi. Ini maksudnya apa sih, bukankah tadi sedang asyik menikmati bacaan masing-masing, kenapa pakai acara tanya-tanya yang tak penting “Lah, ya tinggal dibaca aja kata-katanya.” “Emangnya gak pusing? Ribet ah baca komik..” Ia pun menutup komiknya, yang sebenarnya sudah pernah dibacanya, demi fokus menjawab pertanyaan sang pria “Enggak pusing, kok. Coba deh..” Sang pria pun mengambil komik Conan yang disodorkan sang wanita, membolak-balik kertas, kemudian berkata, “enggak, ah. Ribet!”

Lalu di lain kesempatan, masih di depan jajaran buku-buku, kali ini sang pria meraih novel The Gogons-nya Tere Liye, lalu sang wanita berkomentar, “nah, itu buku bagus, tuh!” Sang pria pun memasukkan bukunya ke dalam tasnya, dan sang wanita tak perlu lagi sibuk mencari-cari buku apa yang juga akan dibacanya. Kemudian sang wanita berkata, “mana bacaan buatku? Buku-buku ini  sudah semuanya kubaca, kecuali Agatha Christie, ya! Hehehe.” Sebenarnya, ‘bacaan buatku’ itu lebih merujuk pada tulisan-tulisan dia—tulisan-tulisan mentah yang suka dikirimkan lewat e-mail atau di sosmed. “Iya, ini nih ada!” Ada dua tulisan yang disodorkannya, namun bukan tulisan karyanya. Dan apa yang diberikannya, kemudian baru dibaca sang wanita beberapa bulan kemudian, saat mereka sudah tidak lagi terlibat dalam percakapan-percakapan tak penting, saat mereka kembali menjadi orang asing dan berjalan masing-masing.

*******





Paperback456 pages
Published August 29th 2009 by Bentang Pustaka & Truedee
original title : Perahu Kertas


Perahu Kertas menjadi karya pertama Dewi Lestari yang saya baca. Sebenarnya sudah tertarik untuk membaca karya-karya Dee, namun baru berkesempatan membacanya pada September tahun lalu. Setelahnya, saya pun jadi berburu karya Dee yang lainnya : dan baru memiliki Filosofi Kopi dan Rectoverso. Tentu ingin juga punya serial Supernova, tapi sepertinya perlu bersabar dan rajin menabung dulu, ya :D mengingat masih banyak buku-buku yang tengah saya buru. Kembali lagi ke Perahu Kertas, di sini saya tak mau memaparkan bagaimana isi ceritanya (bukan tak mau, tapi lebih karena energi saya sudah terkuras untuk menulis paparan di atas). Maka, jika ditanya urutkan karya Dee yang kamu suka, saya akan jawab Filosofi Kopi dan Rectoverso, baru kemudian Perahu Kertas. Lalu, jika ditanya mana karya Dee yang berkesan buatmu, maka ya, benar sekali, jawabannya adalah Perahu Kertas. Lantas, apa yang membuatmu memasukkan Perahu Kertas sebagai buku keempat #5BukuDalamHidupku : karena buku inilah yang menjadi awal ketertarikan saya dengan karya Dee yang kemudian memasukkannya dalam daftar penulis favorit. Juga, yang tak (kalah) penting, dari buku ini saya bisa menemukan sisi lain seseorang dan ingin tertawa demi membayangkan ternyata ada yaa seseorang yang (sempat) saya kenal dengan baik menyukai karya Dee, seseorang yang terkesan cuek itu, yang berantakan itu, si rebel itu! Oh, bagaimana bisa? Sayangnya, saya malah baru tahu belakangan tanpa sempat membahasnya.


“Bersama kamu, aku tidak takut lagi menjadi pemimpi.”


Sebelum itu, maka bermimpilah ia untuk bisa terbawa lagi dalam arus obrolan tak penting itu, membahas apa saja. Mungkin bisa dimulai dari pertanyaan: “apakah kamu pemuja Dee?” Lalu bermimpilah ia lagi, sampai semua kembali menjelma nyata. Walau seharusnya ia ingat, bahwa di masa silam apa yang sekarang  diimpikannya pernah terjadi.



15 November 2013
pukul 22:57 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text