Wilayah
Bandar lampung yang memiliki keragaman topografi membuat masyarakat Bandar
Lampung memiliki ragam profesi juga. Untuk yang tinggal di Wilayah landai/dataran, terdapat di
sekitar Kedaton, Tanjung Karang, dan Sukarame
masyarakatnya bekerja sebagai pegawai pemerintahan, guru, tenaga kesehatan,
karyawan, dan wirausaha. Untuk yang bermukim
di dataran tinggi (seperti Tanjung
Karang Barat, Sukadanaham, Kemiling) dan wilayah
perbukitan (terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara) masyarakatnya bekerja di kebun/ladang, atau
juga berdagang. Ada juga masyarakat yang tinggal di daerah pesisir (seperti
Teluk Betung dan Panjang). Untuk di Panjang, terdapat banyak pabrik-pabrik yang
membuka kesempatan untuk masyarakatnya bekerja di pabrik. Untuk di daerah
pesisir pantai, seperti di Teluk Betung masyarakatnya bermata pencaharian
sebagai nelayan. Karena saya tinggal di kawasan Kedaton dan bekerja sebagai
pengajar, maka saya akan membahas pekerjaan yang telah saya geluti selama tiga
tahun.
Dari awal
saya memang bercita-cita sebagai guru, karena saya melihat ibu saya yang juga
berprofesi sebagai guru. Saya lihat jadi guru itu enak dan seru: jam kerjanya
tidak memakan waktu seharian, kalau libur sekolah ikut libur juga :D. Alasan
yang sederhana, sepertinya. Juga melihat sisi hebatnya jadi guru untuk ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membuka kesempatan untuk anak didiknya
menjadi orang yang berguna dan bermanfaat di kemudian hari. Profesi sebagai
guru juga diminati dan banyak diisi di wilayah Bandar Lampung yang merupakan
pusat kota. Saya pun saat kuliah mengambil jurusan di bidang pendidikan, dan
kini walaupun belum menjadi guru di sekolah, saya menjadi guru atau pengajar
untuk anak-anak usia dini (sekitar 2-3 tahun) yang sebenarnya sekolah atau
pendidikan untuk anak usia dini banyak dicari dan diminati di wilayah kota ini.
Lantas apa
serunya jadi pengajar anak usia dini yang juga banyak ditemui di Bandar
Lampung? Jujur saja di awal saya sempat ragu untuk mengambil pekerjaan ini.
Terlihat mudah untuk mengajar anak-anak usia dini (tinggal modal bersuara
keras, nyanyi-nyanyi, tepuk-tepuk) tapi ternyata sulit untuk mendapatkan
perhatian anak-anak yang masih kecil sekali, baru berkenalan dengan suasana
luar rumah membuat ada beberapa anak yang masih merasa insecure dan masih nempel sama orangtuanya membuat pengajarnya
perlu ekstra mencari perhatian juga menggali kesukaan anak-anak agar ia merasa
nyaman di sekolah. Belum lagi karakter anak-anak yang berbeda, membuat pengajar
mendapat tantangan tersendiri untuk dapat memperhatikan semua anak didiknya. Pengajar juga harus memperhatikan tumbuh
kembang anak: apa saja perubahan dan peningkatannya selama bersekolah. Jam
kerjanya sebenarnya pendek (di tempat saya bekerja hanya dua jam, ada pula yang
tiga jam), namun sungguh memerlukan energi dan kesiapan yang matang, lahir batin,
pun harus siap dengan perubahan yang mendadak terjadi, seperti ada anak yang
tidak mood dan nangis atau ngamuk,
juga ekstra memperhatikan anak-anak yang masih merasa tak nyaman dan pelariannya
jadi memukul temannya.
Mungkin terlihat
merepotkan saat membaca penjabaran di atas, namun menjadi pengajar anak usia
dini juga seru dan penuh keceriaan (walau kadang badan juga pegal-pegal dan
energi terkuras karena membujuk anak atau juga menggendong sebentar anak yang
menangis). Buat saya yang seru adalah ketika kita berinteraksi dengan
anak-anak. Suka sekali melihat tingkah polah mereka yang masih polos dan lucu.
Walau kadang ada yang aktifnya luar biasa, tapi mereka tetaplah anak-anak kecil
yang lugu. Seru dan menantang lagi saat kita harus berhadapan dengan murid,
harus pasang wajah ceria walau suasana hati sedang mendung (karena dirundung
masalah pribadi.. atau apapun yang bikin murung :/), namun kita tak boleh
menampakkan kesedihan dan berusaha terlihat ceria. Kadang merasa dapat suntikan
semangat dari anak-anak yang sudah diantar berharap mendapatkan aktivitas yang
menyenangkan dan bermanfaat, maka pengajarnya jadi ikutan semangat (walau
sudahnya meringkuk pilu lagi :D). Juga terjalin kerjasama antara pengajar
(biasanya per kelas berisi 10-15 anak, yang terdiri dari dua sampai tiga pengajar), jadi berasa sepenanggungan
menghadapi bocah-bocah yang bikin geleng-geleng karena gak ada capeknya. Seru
lagi saat membahas tingkah anak saat kelas usai dan bersyukur akhirnya dua jam
terlewati untuk hari ini.
Kegiatan di
kelas pun dibuat menyenangkan. Di tempat saya bekerja, dengan jadual dua minggu
sekali dengan durasi dua jam diisi dengan kegiatan menyanyi, menari, mewarnai, bersosialisasi dengan teman dan guru, pengenalan kegiatan sehari-hari, berdoa,
pengembangan motorik anak, dan yang terpenting penanaman moral kepada anak. Walau
diisi dengan banyak bermain dan saya (juga teman-teman) merasa seperti teman
dengan mereka (bernyanyi bersama, bermain), namun saya berharap mereka bisa
bertumbuh menjadi anak yang hebat dan memiliki akhlak yang mulia. Pun tak
jarang saya pun belajar banyak menjadi pengajar anak usia dini untuk ekstra
sabar dan bisa jadi panutan yang baik. Juga dari orangtua anak-anaknya yang
beragam juga memberikan pelajaran tersendiri untuk saya menyikapinya, juga
mengambil contoh dari para orangtua yang memiliki konsep pengasuhan yang baik.
15 September 2015
12:03
0 komentar:
Posting Komentar