Selamat
datang di kota Bandar Lampung--kota tapis berseri (tertib, aman, patuh, iman,
sejahtera, bersih, sehat, rapi, dan indah). Tapis berseri sebenarnya merupakan
kain sarung dengan tenunan benang emas dan perak bermotif khas Lampung, seperti motif alam,
perahu, flora, dan fauna. Salah satu tanda kalau kita tengah berada di Bandar
Lampung adalah saat kita melewati bundaran gajah. Ya, gajah sebagai ikon
Lampung dan tak jarang masih banyak yang beranggapan kalau di Bandar Lampung
banyak berkeliaran gajah dan terdapat banyak hutan. Saya kerap mendapati
pertanyaan dari saudara jauh yang sudah lama sekali tak berkunjung ke tempat
tinggal saya, atau juga sekadar pertanyaan iseng, "memang di Lampung masih
banyak gajahnya?" Saya geli sendiri membayangkan kalau di tengah kota yang
merupakan gerbang utama pulau Sumatera, penghubung pulau Jawa dengan pulau
Sumatera, kemudian penduduknya mesti berjibaku dengan gajah. Memang dahulunya
Lampung pada umumnya dijadikan tempat transmigrasi dari masyarakat di pulau
Jawa saat masih berupa hutan belantara dan belum diolah. Tapi sekarang?
Sekarang kota Bandar Lampung merupakan pusat jasa, perdagangan, dan
perekenomian provinsi Lampung. Kota yang mulai bergerak maju dengan pembangunan
di sana-sini dan keramaian yang dtimbulkan akibat pertumbuhan penduduk yang
pesat. Jika ingin bertemu dengan gajah, boleh diwakili dengan tugu gajah yang
terletak di tengah kota ini.
Kawasan
bundaran gajah ini juga dinamai tugu adipura, karena ada tugu adipura yang menjulang
menemani tugu gajah dan kolam mancur dengan ornamen tapis menghiasi di
temboknya, namun masyarakat lebih senang menamainya dengan bundaran gajah. Bundaran
gajah menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat Lampung ataupun wisatawan
sebagai objek fotografi. Tak jarang setiap kali ada keluarga yang berkunjung di
Bandar Lampung, mereka meminta untuk mengabadikan momen bersama di bundaran
gajah dalam jepretan kamera. Untuk masyarakat Lampung sendiri menjadikan
bundaran gajah sebagai tempat berolahraga di Minggu pagi (diadakan car free day
di kawasan ini), tempat berkumpul komunitas di malam hari, juga tempat
diselenggarakan event tertentu, seperti pawai ogoh-ogoh saat perayaan nyepi
yang memakai bundaran gajah sebagai tempat berkumpul dan membuat masyarakat
ikut tertarik menyaksikan pawai yang juga merupakan kegiatan masyarakat beragama Hindu.
Di sini kita bisa melihat bahwa Bandar Lampung sebagai ibu kota Lampung. provinsi
di ujung selatan pulau Sumatera yang memiliki slogan “Sai Bumi Ruwa Jurai”,
yang artinya satu bumi, dua keturunan. Dua keturunan bisa diartikan sebagai
masyarakat Lampung asli yang memiliki dua adat, yaitu adat pepadun dan adat sai
batin. Juga secara sosiologis dapat diartikan sebagai dua unsur golongan masyarakat
yang ada sekarang, yaitu Lampung asli dan Lampung pendatang. Dengan begini
terasa sekali bahwa Lampung pada umumnya sangat menghargai para pendatang dan
dapat terjalin hubungan yang baik dan harmonis antara masyarakat pribumi dan pendatang untuk
saling membangun kota Bandar Lampung.
bundaran gajah di malam hari
kakak yang berpose berasa jadi turis saat kepulangannya setelah merantau dan menikahi pujaan hati :p
pawai ogoh-ogoh (diambil dari bandarlampungkota.go.id)
tulisan tangan dengan aksara Lampung
(yups, masyarakat Lampung juga punya aksara tersendiri. ini modal belajar dari SD sampai SMP)
3 September 2015
11:50
0 komentar:
Posting Komentar