"Git, jadi mana gandengannya?"
Uhuk. Saya mau tersedak demi mendengar pertanyaan itu. Apa katanya? Gandengan? Sepertinya makin banyak saja yang termakan iklan yang berseliweran di televisi, "truk aja gandengan, masa kamu enggak?" Pertanyaan itu dilontarkan begitu saja oleh seorang teman saat tadi menghadiri kondangan teman mengajar. Sebenarnya tadi kami datang bersama-sama setelah janjian kumpul dulu sebelum menuju ke tempat kondangan, dan untuk menuju ke tempat kumpul itu, saya menempuhnya dengan naik angkot sendirian. Eh, tidak sendirian juga sih, kan ada penumpang lainnya dan tentu supir angkot. Kemudian kembali lagi ke pertanyaan teman saya itu. Apa pasalnya ia bertanya seperti itu? Apa karena saya datang sendirian sementara ada teman saya yang membawa pria yang akan menjadi suaminya bulan depan? Apa karena di acara kondangan bisa dijadikan momen yang pas untuk membawa gandengan? Saat saya sibuk menerka-nerka apa motif pertanyaannya, teman saya pun melanjutkan, " Aku sering liat kamu loh bawa-bawa helm trus nunggu gitu. Trus mana, kok gak diajakin gandengannya?" Oh, jadi begitu. Teman saya itu sering melihat saya menenteng helm di pinggir jalan seberang rumah di pagi hari saat berangkat kerja. Ya, saya memang menunggu seseorang yang baik hati yang suka menebengi saya. Lalu saya pun mejawab, "Yah mbak. Orangnya juga lagi melanglang buana, tuh." Maka pertanyaan pun kembali berdatangan, disusul dengan jawaban yang dilayangkan atas sebuah pertanyaan:
"Oh. Jadinya kapan?"
"Kapan apanya?"
"Kapan ngundangnya?"
"Lah, aku nanti ngundangnya sama sapa mbak?"
"Yah itu sama gandenganmu itu..."
"Maksudnya sama yang suka nebengin aku itu. Kan dia cewek, mbak. Masa jeruk makan jeruk."
"Lah, masa cewek sih? Kok kayaknya cowok."
"Cewek, mbaak......."
Begitulah. Percakapan di kondangan itu membuat saya geli sendiri. Tidak, saya tidak pernah (atau belum mungkin) merasa terganggu dengan pertanyaan seputar "jadi kapan bisa kondangan di pernikahanmu?", dan tak banyak juga kok yang sekadar iseng atau sibuk menanyakannya pada saya. Yang membuat saya geli adalah asumsi teman saya itu yang suka melihat saya menenteng helm di pinggir jalan itu berarti saya punya gandengan, saya tengah menanti gandengan saya. Gitu? :D Dan saya pun berpikiran pasti teman saya ini melihatnya dari belakang, sehingga menganggap seseorang yang memberi tebengan itu pria. Oh ya, memang saya akui jika dari belakang mungkin saja akan terlihat seperti laki-laki, karena yang suka berangkat kerja bareng saya dan memberikan tumpangan itu hampir selalu memakai jaket dan tas punggung besar, kepalanya tertutup helm sehingga jilbabnya tak kelihatan. Besok-besok sepertinya saya perlu memintanya untuk memakai sesuatu yang menandakan kalau ia perempuan saat yang terlihat hanya belakangnya saja. Haha dasar penebeng yang merepotkan!
Ini bukan kali pertama saya dianggap sedang menanti "gandengan" di ujung jalan dengan tangan menenteng helm. Sebelumnya, pernah ada tante jauh saya yang saat ke rumah menggoda saya, bahkan mengatakannya langsung ke ibu saya, "itu mbak Gita suka nunggu siapa tuh pagi-pagi. Tante suka liat, loh." Saya pun menjawab pendek, "nunggu teman, te... barengan." "Aaah, teman apa teman?" Ya, tentu saja teman. Memangnya, hendak mengharapkan saya menjawab apa? Nunggu gandengan? Pacar? Gebetan? :D
Saya jadi membayangkan akan ada studi kasus seperti ini : apa yang kamu pikirkan saat melihat seorang wanita menenteng helm di pinggir jalan? Apakah menenteng helm di pinggir jalan berbanding lurus dengan menanti gandengan atau pacar? Oh, sepertinya saya mulai berlebihan, juga mulai mengantuk. Begitulah kisah hari ini (yang terjadi di hari Minggu sebenarnya). Oh ya, hari ini sang wanita tidak akan menenteng helm, dia akan langsung menggaet gandengannya. Tidak, tidak. Ini bercanda. Tidak juga karena ia takut dikomentari lagi (anggap saja orang berkomentar itu sebagai tanda perhatian), Hari ini ia tidak menenteng helm karena hari Senin bukanlah jadwal menebeng. Lusa baru bisa kau lihat si wanita ini menanti di seberang jalan dengan helm di tangannya, juga asa di benaknya untuk mendapatkan gandengan dunia akhirat. Semoga.
18 November 2013
01:12 WIB
0 komentar:
Posting Komentar