"Hei, kenapa sih suka baca itu?" Seseorang pernah menanyakannya saat saya tengah asyik membaca *dan sepertinya sambil senyum-senyum ketawa*, dan (entah) ada apa dengan saya *mungkin lagi terlalu peka* saya ngerasanya kok nanyanya gitu banget, tapi karena saya lagi asyik baca dan terlena dalam bacaan, saya menjawab seadanya : "Abis lucu..." Dan saat saya meninggalkannya untuk mengambilkan minum, saat kembali saya menemukannya tengah membaca dan tersenyum-senyum - okay, it's time to tease : " Hei, baca juga?" | "Eh... abis lucu.." :)
And it was a long long time ago, sampe akhirnya saya bertemu lagi dengan buku itu, tadi sore dibawa sama anak kelas 6 esde *yaiyalaah mana ada 6 esempe*,
and that brings me to an old question : "kenapa suka baca itu?" yang saat itu saya cuma bisa jawab karena lucu, tapi kali ini saya mau menguraikannya...
Well, dimulai dari pertama baca buku ini. Awalnya dapet dari minjem temen jaman awal kuliah, dan pertama minjem yang Kambing Jantan. Sebenernya nih buku gak ngena-ngena amat di saya : yah cuma buat isi waktu liburan aja & buat hiburan
. Dan ternyata, isinya emang kocak-kocak, walo kalo ditanya detail cerita-ceritanya apa aja, saya juga udah lupa *hehehe...maapin yak Bang Dika*
that's why i call "gak ngena-ngena amat" - sekadar baca. Pun akhirnya begitu saat saya meminjam buku-buku RD lainnya *iyeeh, modal minjem doaang* : Cinta Brontosaurus, Radikus Makan Kakus, Babi Ngesot, Marmut Merah Jambu, Manusia Setengah Salmon. Tapi ada beberapa cerita yang cukup *masih dalam taraf cukup* saya ingat : salah satunya ada di Cinta Brontosaurus. Dan tadi pun, saat saya menemukan buku itu, saya sempat bertanya-tanya : "ada apa dengan cinta brontosaurus?"
and finally i could set my mosaics: ada
dua cerita yang saya suka di buku tersebut...
Cinta Brontosaurus
Bercerita tentang Dika yg mulai ngerasain naksir-naksiran saat jaman esde, tapi mamanya selalu wanti-wanti kalo itu namanya cinta monyet. Namanya masih bocah, dibilang begitu jadinya malah tambah bingung:
"kok dibilang cinta monyet sih? Orang saya naksir berat sama tuh cewek. Kok disama-samain sama monyet." Sampai akhirnya Dika bener-bener
ngegebet cewek incarannya & melakukan segala cara buat dapetin cewk idaman : dia jadi lebih sedikit merhatiin penampilan : dari yg tadinya cuek" aja potong rambut sama tukang cukur abal-abal, dia bela-belain minta potong rambut di salon. Yah, singkat cerita akhirnya Dika berhasil dapetin cewek yang dia taksir. Tapi kemudian akhirnya mereka bubaran (anak esde looh) gara-gara Dika disuruh nulis surat ama ceweknya, eh dia (yang gak tau apa, gimana bentuk surat) malah buat semacam biodata gitu dan sukseslah dia jadi bahan ketawaan dan si ceweknya malu, jadilah mereka bubaran *ambil tisyu* Sampai pada akhirnya mikir kenapa cinta waktu kecil dibilan cinta monyet. Ya mungkin karena saat jatuh cinta, orang yang gak kejatuhan cinta itu ngeliat kita layaknya monyet yg jadi tontonan, lucu, ngelakuin banyak gaya gara-gara *yang katanya* cinta. Tapi kemudian Dika mikir lagi, betapa perasaannya waktu kecil itu Ipure, natural, gak dibuat-buat : suka ya suka. Gak ada yang mikir ini-itu. Nah, saat dewasa kita gak bisa "sejujur" waktu masih kecil saat berhubungan dengan cinta : yang gengsi-lah, mikirin taktik A lah, mikir cocok apa enggak, ortu sreg apa enggak, dsb. Menurut Dika perasaan cinta a la dewasa malah lebih di bawah kelas sama cinta monyet, lebih primitif lagi.
That's why he called :Cinta Brotosaurus."
Di Balik Jendela
Dika memutuskan untuk melakukan perjalanan dari
Adelaide - Melbourne dengan bus, yang bakal makan waktu 10 jam,
but it doesn't matter for him coz he needs a long trip while thinking - he just broke up. Di bus, dia merhatiin orang-orang yang ada di sekitar. Semua tampak biasa-biasa. Ada orang duduk pake kaos biasa, sepasang manusia yang sepertinya tengah dimabuk cinta. Hhmm..
but it's all about the cover - seems so-so. Tapi gimana kalo orang yang terlihat biasa itu ternyata abis kehilangan seseorang, siapa yang tau kalo pasangan yang kelihatan saling cinta itu ternyata abis bertengkar hebat. Sama seperti dia yang terlihat biasa saja, tengah duduk di dalam bus, adakah yang tahu kalo dirinya baru seminggu putus. Yah, semua sibuk dengan diri masing-masing,
and life goes on. Sekalipun dia berkoar-koar kalo dia abis putus cinta, dan teman baiknya bilang "iya, gue tau kok rasanya" tetep, gak bisa ada yang ngerasain selain dirinya sendiri. Dan untuk itulah dia butuh suatu perjalanan, yang sialnya dia mesti satu bangku dengan bule berukuran jumbo dengan ketek bau ikan asin *ketek macam apa itu yaa?* Di balik jendela, dia liat bulan menggantung di langit sana,
and flashback starts when his Ex- asked him : "Coba liat langit di sana ada bulan gak?" | "iya, lagi ada bulan.| "Lucu ya, biarpun terpisahkan jarak, kita bisa liat bulan yang sama. Dan bikin kita berasa dekat.| Dan kini, jarak-lah yang jadi alasan mereka pisah. Jarak. Jarak. Jarak. Jarak. Jarak. Diulang-ulangnya kata tersebut sampai kehilangan makna. Bagaimana bisa karena jarak? Bukankah dia sudah menghadapi jarak selama 2,5 tahun, dan kini jarak jadi biang keroknya. Dan terputarlah lagu-lagu yang pernah menghiasi hubungannya, membuatnya berkutat dengan memori saat bersama. Kemana larinya kekuatan yang bikin bertahan, kemanakah pengertian, penerimaan yang bisa membuat bersama? Apa pada akhirnya kita melupakan janji-janji, termakan janji-janji? Atau karena perasaan yang kini tidak sama lagi. Namun akhirnya dia berpikir :
The world will keep moving on, and I will keep standing. Dan sesampainya di
Melbourne : dia bisa berdamai dengan perasaannya.
Nah, itu dua cerita yang saya suka dari bang Dika. Kenapa? Karena, di balik cerita-ceritanya yang konyol, ada sesuatu yang
nyentil dan dia tuh bener-bener
out of the box. Di samping ahlinya berkonyol-konyol, terkadang dia tuh (sok) bijak dalam melakoni kehidupan. Yak kayak di cerita "Di Balik Jendela", gegayaan banget dia sok tegar pasca putus dgn bilang :
The world will keep moving on, and I will keep standing. ciiih..... eyatapi ada benernya juga,kan hidup mesti berlanjut,
and everybody's changing. Jadi ya
be strong! *lah kok jadi kasih tips"an gini yaa*
Yah pokoknya gitu deeh saya suka karyanya bang RD. Kalo mau diambil yang konyol-konyolnya dan ngehibur bisa, tapi buat saya karyanya RD bisa lebih bermakna dari sekadar buat hepi-hepian.
That's for me siih... :)
18 April 2013
00:19 am