Social Icons

Pages

Senin, 30 September 2013

Sekali Lagi

Waktu itu pukul tujuh malam
Aku datang menjemputmu
Dibangku taman aku menunggu
Hingga kau selesai berdandan

Kita telusuri jejak-jejak malam
Yang bertabur bintang
S’makin berat hatimu untuk
Aku lepaskan

Tapi kini keadaan hidupku

Telah jauh berbeda
Tak ada lagi hati yang aku tunggu
Tuk s’lesai berdandan
Aku telusuri jejak-jejak malam
Yang bertabur bintang
Semakin berat hatimu
Untuk aku lupakan

Tak pernah aku menyangka
Sejauh ini aku melangkah

Tak pernah aku menyangka
Sedalam ini aku terluka

Reff.

Jika hidup harus berputar

Biarlah berputar
Akan ada harapan
Sekali lagi seperti dulu

Karna hidup harus berputar

Biarlah berputar
Akan ada harapan
Sekali lagi seperti dulu
Sekali lagWaktu itu pukul tujuh malam
Aku datang menjemputmu
Dibangku taman aku menunggu
Hingga kau selesai berdandan

Kita telusuri jejak-jejak malam
Yang bertabur bintang
S’makin berat hatimu untuk
Aku lepaskan

Tapi kini keadaan hidupku

Telah jauh berbeda
Tak ada lagi hati yang aku tunggu
Tuk s’lesai berdandan
Aku telusuri jejak-jejak malam
Yang bertabur bintang
Semakin berat hatimu
Untuk aku lupakan

Tak pernah aku menyangka
Sejauh ini aku melangkah

Tak pernah aku menyangka
Sedalam ini aku terluka

Reff.

Jika hidup harus berputar

Biarlah berputar
Akan ada harapan
Sekali lagi seperti dulu

Karna hidup harus berputar

Biarlah berputar
Akan ada harapan
Sekali lagi seperti dulu
Sekali lagi





Waktu itu pukul tujuh malamAku datang menjemputmuDi bangku taman aku menungguHingga kau selesai berdandanKita telurusi jejak-jejak malam
Yang bertabur bintang
Semakin berat hatimuUntuk aku lepaskan

Tapi kini keadaan hidupku telah jauh berbedaTak ada lagi hati yang aku tungguTuk selesai berdandanAku telurusi jejak-jejak malamYang bertabur bintangSemakin berat hatimuUntuk aku lupakan

Tak pernah aku menyangkaSejauh ini aku melangkahTak pernah aku menyangkaSedalam ini aku terluka

Jika hidup terus berputarBiarlah berputarAkan ada harapan sekali lagiSeperti dulu
Karena hidup terus berputarBiarlah berputarAkan ada harapan sekali lagiSeperti dulu

                         



       

*Sheila on 7 -- Sekali Lagi*


Jadi kangen Yogyaaaa~~ pengin ke sana lagi, kalau semesta  merestui inginnya kembali mengunjungi kota ini bersama yang selalu di hati - oh oh oooh

September 30th, 2013
11:13 p.m.

Kata Hati




Sore senja di sudut YogyaTerucap doaKau tau isi hati iniDan bila itu tak terungkapTetap ku nikmatiRasa jatuh sendiriTak mampu ku ungkap segalanya

Izinkan ku renungkanSgala rasa…Biarkan kata hati bicaraDan bila kita terciptaUntuk bersamaBiarkan kata hati yang tunjukkan

Mungkin nanti akan ku sesaliHari ini ku diam dan tak lakukanTak mampu ku ungkap segalanya

Izinkan ku renungkanSgala rasa…Biarkan kata hati bicaraDan bila kita terciptaUntuk bersamaBiarkan kata hati yang tunjukkan
              


*Nadya Fatira -- Kata Hati*


September 30th, 2013
10:25 p.m.

Minggu, 29 September 2013

Recalling.... love?

I do enjoy reading Fira & Hafez, kinda memoir of Fira's love journey with her late husband, Hafez. Even when reading this book I have to hold my tears, I keep it up and I love the way Fira writes the memoir -- like an old friend telling you her deepest feeling, it's personal but you can enjoy it and get lesson from it -- about love and loyalty, about how to be strong and stay positive and keep doing good things no matter how bitter your life *in your perspective*. I read it paragraph to paragraph, page to page, slowly, until I found those "familiar words" (which i ever used to say -- i have a partner when saying it, not myself at that time:p) and suddenly I stop reading. How could I found those words on this book? Okay, I know those words maybe familiar, but still when reading it, I feel I have connection to the writer *oops who do you think you are :)*. Yeah,  I feel that way, but the most important yet disturbing point is suddenly I feel the butterfly effect. Have you ever found a writer who describes when you are in love you feel butterfly on your tummy? I never feel butterfly on my tummy even when I'm in love, but I do feel butterfly in my chest! No kidding, coz I feel that way! In emptiness of my heart, I'm attacked by butterfly effect, and this butterfly effect won't go away when I found those familiar words that I (and you) used to spell *take a deep breath* :

I love you | I love you more | I love you the most


The butterfly effect won't go away. 
The funny feeling won't go away.
The memory that you used to ignore, stays.




 up up above the sky, I'm wandering where love does exist?

you and I has been written down on the lantern that later flying on the sky 

so many lanterns on the sky--but don't worry,what's yours will be yours.Let's find which one's yours



*pictures taken from pinterest*


September 30th, 2013
00:30 a.m.

Rabu, 25 September 2013

25 on 25

Halo pembaca yang budiman, sudah lama ya tidak berjumpa dalam rangkaian aksara dan kata... *laah, pan tadi pagi udah posting sik?! | ya tapi kan terakhir rajin posting bulan lalu. kan udah lama kan, kan?* oke stop rusuuuh dah ah | ya udah sik, kan blog blog saya in..... e$%^&O_)&(FB?O$%^*kemudian gelutan*hentikaaaaaaaaaaan!

Oke..oke... sekarang fokus yaa *tahan nafas -- tahan tahaan -- tahaaan (oooy, mau sampe kapaan?)*oke,hembuskan* Yak, jadi ceritanya hari ini saya bertambah tua saudara-saudara sekalian. Hari ini tuh tertanggal 25 September adalah hari ulang tahun saya, dan hari ini saya resmi berumur 25 tahun *gak ketara ya? kayak masih anak SMA kan ya?* iya aja dah yaa biar mingkem*. Nah, kalau Shakespeare pernah berkata : "apalah arti sebuah nama", maka di sini saya juga tak mau kalah. Gita Prista yang cantik jelita lahir batinnya berkata : "apalah arti sebuah angka dalam balutan usia" wow banget gak, tuh? Yah ungkapan tadi sih sebenarnya cuma semacam pembelaan aja sih atas apa yang menimpa saya mulai hari ini: umur saya dua lima boook, seperempat abad loh.. seperempat.abad. Ya tapi kembali lagi, apalah artinya angka tersebut -- dua lima -- terdiri dari dua kata doang. Jadi anggap aja umur kamu dua tahun. Udah yaa, beres! Selesai. Bye-by........ Eh, tunggu. Masih nulis niih.

Jadi, di umur yang dua lima ini, buat saya seperti menjadi gerbang buat saya untuk bisa lebih dewasa lagi, lebih bijaksana dalam menjalani hidup *tsaelaah*. Kenapa mesti pas umur dua lima? Apalah arti umur dua lima? Nah loh, iya juga sik. Kenapa sih yaa, kenapa? Saya pun tak tahu kenapa persisnya, tapi menurut saya, seiring bertambahnya usia maka kita pun bertambah tua, dan untuk bertambah tua itu adalah suatu kepastian, tapi untuk menjadi bijaksana itu merupakan suatu pilihan *ayeeey*. Dan saya pun semakin merasakan dan berpikir: "apa yang sudah kamu lakukan selama dua lima tahun hidupmu? Sudah berbuat baikkah untuk sesama dan semesta? Sudah menjadi orang yang bermanfaatkah?" *set dah, sumpeh rada terenyuh juga nih*kayaknya kerjaannya masih ngurusin diri sendiri meluluu*
Well, tapi kita memang perlu membenahi diri kita sendiri terlebih dahulu toh. Jadi, seiring bertambahnya usia saya, saya pun punya harapan-harapan untuk diri saya agar:

- senantiasa sehat (akhir-akhir ini suka gampang sakit, dan boook, kalo udah sakit mana ada enak-enaknya. kalau sehat kan senang tenteram nyaman aman damai sejahtera sentosa)
- rezeki lancar.
- selalu berada di sekitar orang-orang yang menyayangi saya dan saya sayangi (energi-energi positif dari orang-orang tersayang itu berharga sekali, pemirsaah)
-lebih bijaksana lagi
-menjadi manusia yang memiliki energi-energi positif dan bisa bermanfaat
- lebih berbahagia dan bersyukur
- menjadi lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi


Begitulah harapan-harapan saya. Mohon di-aamiin-kan juga yaa! :) Eh Git, Git, yakin udah tuh harapannya? Soal jodoh gimana? *asyiiik banget sih mancing-mancing ;)))* Oke, di sini saya mau buka kartu sedikit, jadi beruntunglah buat pembaca blog saya ini bisa tahu apa kartu saya :p *berasa orang penting amat dah ah*. Sebenarnya, entah dari kapan tau (pas jaman-jaman kuliah kayaknya), setiap kali saya ditanya kapan nikah, saya selalu jawabnya: "pengennya sih pas umur dua lima." Tau deh atas dasar apa juga , eh tau ding sebenarnya karena menurut saya (saat itu) dua lima merupakan usia yang pas dan matang untuk berumah tangga. Sotoy banget gak sik? He eeh, ke-sotoy-an saya itu baru berasa sekarang ini. Sekarang saya malah berpikirnya : ternyata banyak banget yang perlu dipersiapkan untuk menuju ke pernikahan itu. Bukan umur yang jadi patokannya. Jadi, di usia dua lima ini masih pengin nikah gak? Yaa masih dong,ah. Masa iya gak kepengen.  Tapii, sekarang saya gak lagi mematoknya dari usia dan ketar-ketir: "duuuh, gue udah dua lima nih, nih. joduhku mana oh! duh duh duuh" . Enggak. Saya lebih ingin menikmati setiap proses kehidupan saya : baik itu menyenangkan, menyebalkan, melelahkan, mencerahkan, semuanya. Nikmat saja setiap prosesnya, sambil terus belajar memperbaiki diri, sampai menemukan jodoh yang diidamkan dan tentunya sudah dipersiapkan, sampai kemudian menjalani lagi perjalanan kehidupan bersamanya, selamanya.

Semoga kebahagiaan senantiasa bersama saya dan anda, pembaca! :))
Salam cinta. _G_



September 26th, 2013
00:13 a.m.





Selasa, 24 September 2013

Grow a Day Older Plus Additional Note

See the sunriseKnow it's time for us to pack up all the pastAnd find what truly lastsIf everything has been written down, so why worry, we sayIt's you and me with a little left of sanityIf life is ever changing, so why worry, we sayIt's still you and I with silly smile as we wave goodbyeAnd how will it be? Sometimes we just can't seeA neighbor, a lover, a jokerOr a friend you can count on forever?How tragic, how happy, how sorry?The sun's still up and life remains a mysterySo, would it be nice to sit back in silence?Despite all the wisdom and the fantasiesHaving you close to my heart as I say a little graceI'm thankful for this moment causeI know that you

Grow a day older and see how this sentimental fool can beWhen she tires to write a birthday songWhen she thinks so hard to make your dayWhen she's getting lost in all her thoughtsWhen she waits a whole day to say..."I'm thankful for this moment cause I know that IGrow a day older and see how this sentimental fool can beWhen he aches his arms to hold me tightWhen he picks up lines to make me laughWhen he's getting lost in all his callsWhen we can't wait to say : "I love you"

If everything has been written down, so why worry, we sayIt's you and me with a little left of sanity
***#Grow a day older - Dewi Lestari#

check my (sentimental  yet romantic) note above :p : 
till you and I meet again... the better you, the better me.. can't wait to change and call out "you" and "I" as "we", and we become a unity wandering the world together, facing all things that could happen in our life together... and growing a day older together, forever, with love that also grows inside our heart to make us stronger, alive, and life is worth living for. will we meet again? ... If everything has been written down, don't worry.... :)))


*taken from pinterest*wanna capture it directly actually... (hiyaak, jadi panjang yaak)*


September 25th, 2013
05:41 a.m.

Sabtu, 31 Agustus 2013

Gorden



Gorden di kamar saya itu selalu dalam keadaan terbuka. Saya tidak terbiasa untuk menutup apapun saat saya ada di dalam kamar, juga saat tidur. Pintu di kamar selalu terbuka, juga gorden di jendela yang seperti jadi penghias saja. Bukan apa-apa, jika pintu dan gordennya ditutup, saya akan merasa pengap dan gerah. Dengan membukanya, membuat saya merasa lapang dan luas. Pun saat berganti baju, saya kerap tidak menutup pintu, juga gorden yang hampir selalu ada di pinggir jendela, tidak pernah terentang menutupi isi kamar. Sampai pada suatu kesempatan, saya harus merentangkan gorden itu.


"Tante, ganti dong bajunya. Kan mau pergi..." Setiap pulang kerja, saat sedang ada di rumah ponakan saya yang berumur empat tahun selalu ribut meminta saya mengganti baju. Awalnya saya pikir kenapalah dia ini rusuh sekali nyuruh-nyuruh saya berganti baju. Mungkin dia risih karena melihat saya sepulang kerja: terlihat lusuh dan gak fresh di matanya. Saya pun masuk kamar dan mengganti baju dengan pakaian dinas : daster kesayangan. Tentu tanpa menutup pintu, apalagi gorden yang betah di tepian itu. Ternyata, saat berganti baju, ponakan saya itu suka menelusup masuk ke kamar. Saya sebenarnya biasa saja, dan menganggap anak umur segitu rasa ingin tahunya tinggi. Namun ponakan saya sering sekali begitu setiap kali ke rumah, walaupun sudah dibilang untuk tidak masuk saat ada yang ganti baju, tetap saja dia lakukan. sampai mami dan kakak saya mengingatkan untuk menutup pintu saat berganti baju.

Maka di suatu kesempatan berganti baju dan ada ponakan saya di rumah, saya menutup pintu. Tadinya ponakan saya masih mecoba untuk ikut masuk ke kamar, tapi saya menahannya. Namun ia tak kehabisan akal. Ia berjalan ke sisi jendela dan berjinjit melihat saya. Gorden saat itu belum saya tutup. Saya geli melihat tingkah ponakan saya itu: ada saja akalnya. Saat saya akhirnya menutup pintu, juga gorden, ponakan saya tetap tidak menghentikan aksi ingin tahunya: dengan mengintip dari gorden yang tentunya mudah ditarik, dan karenanya, saya pun jadi ikutan menahan gorden, menahan rasa ingin tahunya yang sulit untuk dijelaskan kenapa dia tidak boleh melihat ke dalam kamar saat ada yang berganti baju.

Saya mencoba memahami apa yang dirasakan ponakan saya itu. Dia tentu ingin tahu, ingin tahu kenapa dia tidak boleh masuk dan melihat ke dalam kamar, tapi rasanya masih sulit untuk menjelaskan mengapa tidak boleh, sehingga kita hanya bisa menutupinya. Terkadang, kita pun juga menemukan hal-hal seperti itu: ada hal-hal yang bagi orang tersebut perlu untuk ditutupi dan tidak diketahui, tapi bagi orang lain melihatnya sebagai hal yang perlu dibagi. Misal: saat ada yang menutupi sesuatu dari kita, dan jatuhnya jadi berbohong. Kita pasti sebal, marah, dan kecewa saat orang tersebut menutupi sesuatu dari kita, terlebih orang tersebut sudah dekat dan suka berbagi cerita. Beribu pertanyaan muncul : kenapa sampai ditutup-tutupi segala? Bukankah biasanya berbagi cerita? Apa dia merasa saya ini tidak bisa dipercaya? Apa ada yang akan menyakitkan saya dari hal yang dia tutupi? Namun, buat saya saat kita ada di posisi orang yang tidak boleh tahu, makan mungkin memang sebaiknya kita tidak untuk mengetahuinya. Walau rasanya jadi penasaran, tapi percaya, setiap apapun yang terjadi pasti ada alasan, ada sebab akibatnya. Dan untuk hal-hal yang tidak kita ketahui, seberapa pun penasarannya kita, mungkin memang lebih baik untuk tidak diketahui. Berprasangka baik saja.

Gorden di kamar sedang berkumpul di tepian, tidak terentang. Malam ini terasa gerah, membuka gorden membuat saya bisa merasakan udara sesekali mampir melalui celah jendela. Saya tidak ingin menutup gorden saya saat saya tidur, cukup saya perlu menutupnya saat berganti baju saja.


August 31th, 2013
10:16 p.m.

Senja

Awan jingga Gelap kurasa di dadaLangitku meresah senduBayang dirimu menjauh
Biarkanlah cintaDiam dalam nadaHingga hariku berlaluBersama datangnya rinduMembawa semua mimpiku
Ku tahu di hati selalu ada dirimuTemani sepikuBersama senjaMenyimpan rasa ini sendiri
  


Cerita di balik lagu:

Saya tahu lagu ini dari postingan seorang teman di Path. Eh, bukan teman saya sih tepatnya, tapi dari om saya, dan saya tertarik dengan lagu ini karena............ yap, judulnya: senja. Siapa yang tidak cinta dengan keindahan senja? Dan lagu ini pun walau tidak bercerita seindah senja, tapi tetap saja menawan layaknya senja. Selamat menikmati senja dalam lantunan nada!


berhubung belum bisa menikmati senja berdua, jadi diwakilkan sama Sinichi dan Ran saja :)

 

Sample text

Sample Text