Dicari : yang
sukarela baca Inteligensi Embun Pagi walau belum baca seri Supernova
sebelumnya. Penasaran dengan gimana pengalaman membaca untuk pertama kali, perjalanannya,
kesannya---apakah berujung keki (kayak saya), penasaran dan banyak tanya (emang
nyebelin), jadi bacaan seru atau ‘menggangu’?
=====
((perpanjangan tangan dari goodreads))
Menyiapkan diri untuk tidak
sentimental setelah menyelesaikan baca IEP dengan tidak terburu-buru membacanya
dan berada tak jauh-jauh dari tisu, mengingat IEP adalah seri terakhir Supernova—novel
tentang perjalanan mencari jati diri dengan berbagai permasalahan,
persimpangan, drama, kejenakan yang disajikan dengan apik, gamblang, tapi juga
penuh misteri. Untuk tidak terburu-buru, saya menyelesaikan membacanya dalam 3
hari. Tapi buku ini benar-benar page turner—bikin nagih untuk meneruskan
membaca dengan bermacam rasa—bengong, gak ngerti balik lagi halaman sebelumnya
baca lagi, ngagetin, atau pas yang sesuai prediksi (yang mana cuma secuil) langsung histeris dalam hati, “KAAN, gue
bilang apa!” Untuk berada tak jauh-jauh dari tisu, ternyata saya tak
se-sentimental itu. Mungkin karena IEP yang digawang-gawang jadi seri penutup
Supernova, tapi tampaknya susah untuk penulisnya mengucapkan sayonara. Dan hal
ini juga yang membuat saya sebal karena masih terbentang banyak jalinan cerita
dari penutup supernova ini. Tepatnya, saya sebal oleh harapan akan kisah
berikutnya (mengingat banyaknya jawaban yang dibeberkan, plus menimbulkan tanya
baru lagi. What de KAMSUT, DEE?!?—berarti mesti menanti-nanti lagi dong!
Merogoh kocek lagi dong! AAAAAA! (At this time, I hate ‘menanti’.)
Well, saya bilang saya tidak sentimental saat menamatkan baca IEP,
tapi saya masih dihantui oleh berbagai obrolan ‘gila’ tokoh-tokohnya. Memang
rasanya jadi sulit menjejak realitas, Saya juga jadi kesulitan untuk membuat
ulasan buku ini, karena yaaaa, banyak hal mencengangkan, mengguncang,
aneh-gak-aneh, dan juga bikin keki. Maka untuk ulasan kali ini, saya ingin
mendaftar apapun yang menarik perhatian saya di buku ini, tak peduli kalau bocor
sana-sini alias SPOILER *tapi tau deh tega apa enggak* :D.
Hal-hal yang disuka dari IEP:
11. Kover
bling-bling—gak bisa berhenti pegang buku dan main-mainin. (ada kali 5 menitan
mainin tuh buku dulu, baru dibaca! :D) Awalnya ngerasa ini dangdut banget sik
bing-bling ginih, tapi pas dapet momennya, jadi ikutan pengin ngerasain sensasi
bling-bling! HAA
22. Pertemuan
tiap-tiap tokoh yang mana kalau secara terpisah udah dikenal baik sama pembaca
dari seri sebelumnya. Ini salah satu briliannya Supernova—novel berseri tapi di
lima serinya sebelum IEP membahas tokoh-tokohnya satu per satu secara dalam.
(Walau ada juga tokoh-tokoh yang awalnya ‘nebeng’, eh di IEP langsung dapat
sorotan, tanpa ba-bi-bu. Merupakan kesenangan tersendiri saat melihat
tokoh-tokoh bertemu—sementara pembaca udah bisa antisipasi duluan (ya elaah,
ini kan si “INI ; siap-siap lu Bod ketemu ‘yang bangkit lagi’!), sementara
tokoh-tokohnya masih pada syok-tapi-kudu-ada-misi-besar-yang-dijalani. Atau ada
juga bagian yang pembacanya ikutan melongo, “HAH, si Sati tuh..tuh..” “Kampret,
si Mpret tuh..tuh..” dan masih banyak lagi (Walau tak dipungkiri ada paparan tentang
tokoh yang astaga-kok-bisa-bisanya—iya, saya ngomong soal Rana).
33. Konsep ‘perang’ Sarvara dan Infitran-Peretas.
Perangnya (tentunya) bukan adu jotos, tapi adu strategi, saling mengkalkulasi.
Walau nyebelin emang kenapa Sarvara-Infiltran-Peretas baru dikenalin di
Gelombang (yang juga cuma secuil). Kan,
otak ngebul semua tumplek di IEP!
44. Juga
saat Infitran dan Sarvara itu gak bisa berada dalam ‘satu tempat yang sama’.
Salah satu harus menyingkir. H*ll yeah! Mereka juga gak saling membunuh.
Tinggal Peretas kebingungan—but hey, there’s
always a way!
55. No one is superior than others! Saya
suka kesetaraan antara Sarvara-Infiltran-Peretas. Mereka punya tugasnya
masing-masing. Sarvara misalnya,walau mereka sangat kuat (Infiltran saja
menghadapinya bersama Peretas, juga dibantu Umbra), tapi mereka punya
keterbatasan. Bahkan Ishtar—petinggi Sarvara aja ternyata DRAMATIS, jek! *tega*.
Begitu juga Infiltran, mereka perancang strategi, tapi mereka tunduk pada sekuens
yang memang harus terjadi. Pun, Infitran dibuat ketar-ketir sama gugus Asko ini
dan butuh keajaiban! Sementara Peretas, justru ‘kaum kuat’ yang rela sepenuhnya
menjadi manusia untuk menjalankan misinya—janji yang dibuat sebelum
kelahirannya.
66. Sisi
humor Dee yang gak tau tempat nongol begitu aja. Tapi saya rasa ini jadi terapi
hiburan buat penulisnya lah ya, secara dia nulis--udahlah—ampun gak kebayang
proses nulisnya pasti ‘berdarah-darah’. Seperti waktu head-to-head
Peretas dan Sarvara, itu kan lagi genting yak. Tapi maju-tak-gentarnya Peretas
dengan melawan Sarvara gak pakai kekuatan aneh-aneh itu mendadak lucu! Padahal
kondisi lagi susah, terjepit, darurat SOS minta tolong ke siapa, tapi malah
ngelucu! Tapi buat saya, kelucuannya tuh pas! Salut!
Hal-hal nyebelin dari IEP:
1.
Menumpuknya informasi yang bikin sakit kepala!
HAH! Rasanya ingin tutup telinga dan tak terpengaruh akan obrolan-obrolan Kell
dan Bodhi tentang siapa sebenarnya Infitran, Sarvara, Peretas? Apa misi mereka?
Buat pertanyaan-pertanyaan waspada dan ingin tahu Alfa (segala tentang dari mana Kell dapat
uang, embryonic jump, belum lagi omongan ‘dewa’ Reuben tentang evolusi
kesadaran (yang mana sejalan dengan obrolan Bodhi-Kell), hiperentitas—rasanya
kangen dengar Kalden bilang, “satu satu Alfa. Satu satu pembaca!”
2. “Kata ‘Tamat’ akan menggiring kita ke “Pendahuluan’
yang baru.” Tolong Dee, gak ada habisnya dah nih, ya. Sekuens tetap
berlanjut :D.
3. Dee
bilang kalau Supernova adalah novel spiritual—yang mengajak pembacanya untuk
bertanya, merenung, mengusik kehidupan itu sendiri. Tapi boleh dibilang,
Inteligensi Embun Pagi ini daya usiknya paling kecil buat saya. Walau tak
dipungkiri ada banyak hal yang bikin ‘gila dan menganggu’, tapi biar gak ‘gila’
saya menganggapnya jadi ‘dongeng’ saja :D. Gak tau kenapa untuk novel yang ini
lebih kenceng ke arah fantasinya. Mungkin karena saya yang gak siap akan
jawaban yang akhirnya terkuak. Tapi toh tak berhenti di situ saja—karena lahir
pertanyaan-pertanyaan baru. HAA! Puyeng!
4. Jaga
Portibi dipanggil Jay-Pee sama si Bodhi. Getok juga looh baldy, Bodhi! Jaga Portibi
is the Guardian of the Universe :’D.
5. Toni
menggantikan Alfa, don’t worry, ini
atas rencana Alfa. Heh!
6. Rana
itu pe-re-tas! Huh, nambah-nambahin perkara kan. Mungkin ini harga yang harus
dibayar oleh Dee karena memasukkan gugus kandara di sini.
Tiga tokoh tergila Supernova
3. Alfa Sagala : untuk rencana
dalam rencananya...
2. Reuben : untuk apa yang
tersulut dalam pikirannya. Malah jauh lebih ngerti omongannya Kell daripada
omongan Reuben yang berapi-api dan notabene adalah seorang manusia tulen :D.
Ribeut, jek!
1. Dimas : tau kan kalau di muka
bumi ini tak luput dari ‘orang gila’. Dan tak ada yang lebih gila dari seorang
yang tahan berada di sisi orang gila itu sendiri :DD.
Momen menyentuh
Jangan pikir saya akan memasukkan
kisah Alfa-Ishtar sebagai momen menyentuh karena gak tahu kenapa saya pikir
mereka berdua cukup kuat untuk menghadapinya (selain karena memang siklusnya begitu—kejar-kejaran
gak udah udah mbulet aja itu mah). Dan beneran, saya juga gak ngerti kenapa saya
gak simpatik akan api cinta Alfa-Ishtar, juga Gio-Zarah. Mungkin karena saya lagi
skeptis menyoal cinta-cintaan! HAA tumbyeen.
Jadi, momen menyentuh itu jatuh
kepada :
(+) Zarah dan Hara. Waktu Zarah
menginap dan tidur dengan Hara (setelah ‘perang’), menyadari betapa kuat
adiknya dengan tetap berada di sisi ibu. Buat Hara hal itu merupakan hal biasa,
tapi tidak buat Zarah. Ah, betapa apa yang kita anggap bukan melakukan sesuatu
yang luar biasa tapi bisa dipandang mengagumkan dari sisi lainnya.
(+) Waktu Ferre membaca novel
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Reuben & Dimas. Lebih ke JENG-JET
sih, sebenarnya!
1 Hal yang disayangkan dari IEP:
Sayang Alfa gak head-to-head sama Ompu Togu Urat. (apeuw banget!)
Hal yang mungkin terlewatkan di IEP:
Dari seri Gelombang, bukannya
Alfa pernah bermimpi ketemu teman-teman satu gugusnya, ya? Bahkan ‘Permata’
juga? (buka Gelombang halaman 95). Tapi kenapa saat Alfa ketemu teman-temannya,
doi gak komentar sedikit aja, kek—saya pernah ketemu kalian di mimpi. Ini mah
Alfanya lempeng-lempeng aja. Atau karena emang banyak hal yang mendesak sih ya
daripada sekadar kumpul dan foto-foto, begitu kata Alfa yang awalnya bingung ngapain juga kumpul
temen segugus :D.
Hal-hal lucu di IEP:
Buanyak! Ha..ha. Yang jelas Dee
masih menjaga nuansa Elektra di Petir yang emang bodor abis! Beberin beberapa
aja yah momen lucu:
11. Lagi
pasang posisi apalah itu diatur Liong, eh pada nanya kenalan Sarvara/Infiltran. Elektra lagi nanya Ni Asih itu siapa? Watti itu siapa?Sampai Liong dibuat kesal
sendiri :D.
22. Waktu
mendaki ke Portal bulan, terkuaklah kalau Toni anggota gugus tulen—gugus
Pramuka, jek! Gara-gara menjatah minum teman-temannya.
33. Waktu
Peretas dan Sarvara duel terbuka. Peretas dengan keterbatasannya minta duel
secara ‘manusiawi’—yang gak pake ilmu aneh-aneh :D. Lagi
genting tingkat dewa, eh dibuat ngakak gila waktu Toni bilang ke Simon, “Gua
bisa hack lu sampai miskin, Anj*ng!” :DD
44. Elektra
yang ngarep banget diangkat adik sama Zarah :D
55. Omongan
Elektra: “sampai modaaaar!”
Menang lotere, tapi kemudian masuk ke perjudian lagi
Dari sekian banyak pertanyaan
yang ada, ada satu pertanyaan kecil yang saya simpan, dan saya tak menyangka
pertanyaan itu dibahas di IEP ini, dan dijawab segamblang-gamblangnya.
Pertanyaan itu datang dari Bodhi: kenapa Liong memanggil Bodhi sebagai guru?
Terungkaplah kalau di kehidupan masa lalu Liong adalah Peretas dan Bodhi adalah
Infiltran yang rela menyebrang menjadi Peretas demi mengawal Peretas Puncak di
siklus ini—yang mana sebuah pengorbanan terbesar yang dilakukan seorang
Infiltran. *yaa tolong! Pas dapet undian, malah teraduk lagi dalam perjudian!*
Permohonan kecil
Jikalau ada cerita kelanjutan Sarvara-Peretas-Infiltran
dengan additional player-nya Umbra, saya mohon untuk Reuben dan Dimas dijadikan
‘manusia tulen’ saja, yah mentok-mentok jadiin umbra, lah. Tapi kenapa kemudian
di akhir cerita Liong bilang harus mewaspadai beberapa individu yang dikontak
Bintang Jatuh. *JENG-JET lagii!*
Pada
akhirnya, tibalah di penutup ulasan *akhrinyaah*. Untuk IEP kali ini saya
mendapatkan satu hal lagi yang berharga yaitu... semuanya pada bisa baper,
apalagi kita ‘manusia tulen’. :’DD Simon baper sama Firaz yang dicolong
Infiltran dan jadi Peretas, kemudian sekarang dikonversi lagi. Liong baper sama
Bodhi karena kisah masa lalu, Bodhi baper sama masa lalunya (si Akar), Ishtar
baper level dewa sama Alfa. Alfa baper sama Ishtar dan keluarga bataknya~ laah
pance lah :DDD. Yang jelas segalanya bisa terjadi. “Niat menggerakkan pikiran.”
Terima kasih untuk perjalanan yang penuh warna dan tanya ini. Seperti kata
Kell, “apa lagi asyiknya hidup tanpa misteri? Itu satu hal yang aku selalu
cemburui dari manusia.” ((sok eta, Kell nyebrang ke Peretas*situ pikir
gimpil?*)) Sebagai pembaca, walau dibuat keki berat saya tetap menunggu karya-karyanya
Dee—bahkan kalau Dee buat buku resep sekalipun. Salam.
diambil dari ig :@adhamtfusama